Nakita.id – Umumnya kasus infeksi kehamilan tak memperlihatkan gejala alias tersembunyi atau tak diketahui (asimptomatik).
Bahkan, ibu sama sekali tak mengalami demam atau gejala sakit lainnya, tahu-tahu si jabang bayi lahir prematur.
Selain risiko lahir prematur, infeksi kuman pada ibu hamil juga menyebabkan berbagai dampak lain.
Baca Juga : Waspada Tanda Kelahiran Prematur, Seperti Kram Perut Hingga Keputihan Saat Hamil
Sebut saja pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, dan mudah terserang penyakit karena sistem imunitas belum terbentuk sempurna.
Risiko kematian pun mengintai lantaran bayi belum siap hidup di luar rahim dengan paru-paru dan hati yang belum matang.
Sementara sistem imunitasnya belum terbentuk sempurna.
Pada kehamilan berikutnya, ibu juga berisiko melahirkan bayi prematur.
Baca Juga : Penyakit pada Bayi Prematur dalam Jangka Panjang, Mulai dari Gangguan Psikologis Hingga Kebutaan
Seperti dipaparkan dr. Hasnah Siregar, Sp.OG, dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, berikut berbagai infeksi yang bisa dialami ibu hamil dan membahayakan janin.
1. INFEKSI VIRUS
Dampak merugikan dari infeksi virus terhadap kehamilan sebetulnya amat tergantung apakah virus yang menyerang melewati barier plasenta atau tidak.
Umumnya ada 3 infeksi virus yang banyak dialami ibu hamil, di antaranya Rubella, Sitomegalovirus dan Herpesvirus hominis.
Baca Juga : 8 Masalah Kesehatan Serius dari Kelahiran Bayi Prematur
* Infeksi Rubela (German Measles)
Perlu diketahui, di luar kehamilan, rubela sebetulnya tidak berbahaya. Namun dalam kehamilan penyakit ini bisa menyebabkan kelainan bawaan pada janin. Bayi yang dilahirkan wanita hamil yang terkena infeksi ini berisiko mengalami cacat mata, semisal katarak, glaukoma dan sebagainya. Disamping kelainan jantung, telinga bagian dalam, susunan saraf pusat dan kelainan serius lainnya.
Namun risiko cacat bawaan pada janin ini lagi-lagi bergantung pada usia kehamilan saat terjadinya infeksi.
Triwulan pertama menimbulkan risiko kecacatan sebesar 30-50 persen, triwulan kedua 6,8 persen, sedangkan pada triwulan ketiga hanya sekitar 5,3 persen.
Dari sini terlihat, makin muda usia kehamilan saat terkena infkesi, semakin besar pula risiko mengalami kecacatan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Hati-Hati, Ancaman Kebutaan Akibat Retinopati (ROP) Tidak Hanya Pada Bayi Prematur
Sayangnya, untuk kasus-kasus ini tak ada obat-obatan yang mampu mencegah rubela.
Pengobatan pun sebatas terapi simptomatis, yakni menghilangkan gejala sakit.
* Infeksi Sitomegalovirus
Infeksi ini menyebabkan kelainan kongenital janin. Di antaranya hidrosefalus, mikrosefalus, mikroftalmia, ensefalitis, kelainan darah dan kebutaan.
Sayangnya, pengobatan untuk infeksi ini belum ada.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Cegah Keputihan dengan Cara Mudah, Anak Bisa Melakukannya
* Infeksi Herpesvirus Hominis
Infeksi ini sering kali tanpa gejala klinis, namun bukan berarti penyakitnya tergolong ringan.
Infeksi ini dapat memengaruhi kondisi kehamilan, maupun janin, bahkan bayi yang kelak dilahirkan. Proses penularannya sendiri berasal dari vagina lalu naik ke atas menuju rahim yang berisi janin.
Jika penularan terjadi pada trimester pertama bisa mengakibatkan kematian janin dalam rahim.
Sedangkan bila terjadi pada trimester kedua dapat menyebabkan kelahiran prematur.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Vagina Perlu Dibersihkan, Berikut Alasan, Manfaat, dan Caranya
Biasanya ibu dengan infeksi ini pada enam minggu terakhir masa kehamilannya dianjurkan untuk menjalani operasi sesar.
Meski demikian tindakan pembedahan tak selalu dilakukan. Untuk mengantisipasi dampak lebih jauh, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaaan virus dan darah, setidaknya saat usia kehamilan 32-36 minggu. Selanjutnya, seminggu sekali dilakukan kultur sekret servika dan genital eksternal.
Jika kultur virus menunjukkan hasil yang baik, persalinan normal tentu bisa ditempuh.
Sedangkan, pada infeksi primer, masih dipertimbangkan untuk mendapat terapi pengobatan dengan obat-obatan tertentu yang aman bagi kehamilan.
* Hepatitis infeksiosa
Ibu hamil yang menderita infeksi penyakit hati selain berisiko melahirkan prematur juga berkemungkinan mengalami keguguran.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Amankah Terlalu Banyak Pakai Skincare?
Pada kasus sirosis bilier primer, kehamilan dapat memperburuk penyumbatan aliran empedu.
Pada kondisi tertentu bahkan bisa menyebabkan "sakit kuning" dimana air seninya berwarna gelap.
Pada penderita sirosis, risiko perdarahan meningkat terutama pada trimester ketiga.
* Infeksi virus coxssakie
Selain lahir prematur, janin yang dikandung juga bisa meninggal karena kelainan atau infeksi jantung (miokarditis) atau infeksi otak (ensefalomielitis).
* Rubeola
Penyakit campak pada wanita hamil akan berdampak buruk pada janin.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: 8 Aktivitas yang Kerap Dipertanyakan Ibu Hamil, Boleh atau Tidak Dilakukan?
Infeksi penyakit ini dapat menyebabkan abortus, kematian janin, dan menimbulkan cacat bawaan pada janin.
2. INFEKSI BAKTERI
* Tifus abdominalis
Ibu hamil yang menderita tifus memiliki risiko kematian 15 persen atau lebih.
Janin yang dikandungnya, berpeluang sekitar 60-80 persen gugur atau lahir prematur.
Infeksi ini bisa dicegah dengan vaksinasi. Ibu yang mengalami infeksi setelah melahirkan disarankan untuk tidak menyusui bayinya karena dikhawatirkan bisa menular. Selain itu, ibu dianjurkan untuk banyak istirahat, menjalani pengobatan simptomatik dan minum obat antibakteri.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Ciri Moms Berisiko Terkena Diabetes Gestasional
* Infeksi karies gigi
Infeksi karies atau lubang gigi dapat menyebabkan kelahiran prematur. Karies gigi merupakan tempat yang baik bagi masuknya kuman. Di kemudian hari kondisi ini menyebabkan terjadinya infeksi selaput ketuban dan ketuban pecah sebelum waktunya.
Infeksi ini pun dapat menyebar ke organ-organ lain, termasuk otak.
Itulah mengapa, ibu hamil disarankan memeriksakan kondisi giginya secara teratur, setidaknya 6 bulan sekali, terutama sebelum hamil.
* Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih sering terjadi selama hamil. Kemungkinan karena pembesaran uterus yang menghambat aliran air kemih.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Begini Pola Makan Sehat Bagi Ibu Hamil dengan Diabetes Menurut Dokter!
Jika aliran air kemih lambat, bakteri tertahan di saluran kemih dan inilah yang menyebabkan peningkatan peluang terjadinya infeksi saluran kemih.
Selanjutnya, infeksi akan memperbesar risiko terjadinya persalinan prematur dan pecahnya ketuban sebelum waktunya.
Tidak jarang infeksi kandung kemih akan menyebar ke saluran kemih, bahkan sampai ke ginjal dan menyebabkan infeksi ginjal. Untuk mengatasinya diberikan obat-obatan antibiotika.
* Erisipelas
Infeksi ini disebabkan oleh streptococcus hemolitikus.
Bila terjadi semasa hamil, si kuman jadi lebih patogen yang bisa menyebabkan sepsis.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Perempuan Ini Rutin Minum Urine Anjing Agar Cantik, Ini Kata Dokter!
Kalau sudah begini, akan berisiko terjadinya infeksi nifas yang dapat mengancam jiwa si ibu hamil.
Sementara si janin berisiko terkena infeksi yang bisa mengakibatkan kematian.
Salah satu terapi yang dilakukan adalah menjalani isolasi agar tak menular pada orang lain.
Kemudian, si ibu mesti istirahat/dirawat dengan baik serta menjalani terapi antibiotika.
3. INFEKSI PROTOZOA
* Toksoplasmosis
Disebabkan oleh toksoplasma gondii yang bersumber dari anjing , kucing, tikus dan binatang lainnya.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Cairan Ketuban Berlebih Saat Hamil Bisa Berbahaya, Ini Gejalanya!
Gejalanya, nyeri pada kelenjar limfe yang membesar, disertai pneumonia dan sebagainya.
Dampak terhadap kehamilan adalah terjadinya abortus, lahir prematur, kematian janin maupun kematian bayi.
Selain itu, bayi yang dilahirkan pun berisiko mengalami cacat bawaan, kelainan mata, hidrosefalus dan sebagainya.
Itulah sebabnya, wanita hamil amat disarankan untuk menghindari sumber-sumber penularan.
Tapi tenang, dengan penanganan yang cepat dan tepat, tentu saja efek negatif infeksi dapat diminimalisasi.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Moms yang Bangun Pagi Terhindar Risiko Kanker Payudara, Studi
Melalui pemeriksaan dan perawatan intensif, hal-hal yang dicemaskan takkan terjadi.
Contohnya, bayi menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui jenis kuman sehingga bisa ditentukan bentuk pengobatan yang tepat.
Dalam dunia kedokteran ada istilah drug of choice.
Itu artinya, pilihan obat yang tepat sesuai dengan penyakitnya, jadi tak asal melakukan terapi.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR