Tsunami Palu, Berbagai Kisah Perih Korban: Mulai dari Menemukan Keluarga Hingga Dipisahkan Oleh Gelombang Tsunami

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Senin, 1 Oktober 2018 | 09:34 WIB
Palu dari pandangan udara (Tribun Timur)

Dalam postingannya itu Sang Kapten merasa ada suara Tuhan yang membisikinya untuk bertindak.

Pesawat berhasil terbang, Kapten berucap syukur, rupanya Anthonius, pahlawan di balik keselamatan para penumpang Batik Air gugur dalam tugasnya.

Anthonius gugur usai menyelesaikan tugasnya dengan baik. Petugas menara control bandara ini dinyatakan meninggal dunia, usai memastikan pesawat terakhir dari Palu berhasil lepas landas.

Belum sempat menyelamatkan diri, petugas air traffic controller (ATC) meninggal dunia karena menara roboh.

Percakapan Terakhir Anthonius Gunawan Agung dengan Pilot Batik Air

Guncangan hebat disusul tsunami yang datang dari pesisir pantai Palu membuat banyak bangunan, termasuk menara kontrol di Bandar Udara Mutiara Sis Al-Jufri.

Kawasan di dekat bibir Pantai Talise porak-poranda disapu gelombang tsunami yang tingginya sekitar 1,5 hingga 4 meter.

Sejumlah permukiman rata dengan tanah. Bahkan, banyak warga yang naik ke permukiman atau gedung tinggi gagal selamat karena kuatnya guncangan dan tingginya gelombang tsunami.

Tak bisa dibayangkan, seperti apa suasana mencekam jelang Maghrib di Palu saat itu.

Gempa bumi yang cukup besar tersebut semula telah diperkirakan berpotensi tsunami.

Tapi tak lama setelah guncangan terbesarnya, BMKG menarik perkiraan tsunami tersebut.

Warga mulai tenang, tsunami justru datang dengan sangat kuatnya. Dinding air bahkan terlihat berputar-putar membuat bangunan ikut hanyut.