Tsunami Palu, Berbagai Kisah Perih Korban: Mulai dari Menemukan Keluarga Hingga Dipisahkan Oleh Gelombang Tsunami

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Senin, 1 Oktober 2018 | 09:34 WIB
Palu dari pandangan udara (Tribun Timur)

“Tidak ada waktu untuk menyelamatkan diri. Saya terjepit di reruntuhan tembok. Saya mendengar istri saya menangis minta tolong, tetapi kemudian diam,” ujarnya sembari mengusap pipinya yang berlinang air mata.

Hingga kini, Dwi dan istri serta anak-anaknya terpisah. “Saya tidak tahu apa yang terjadi padanya dan anak saya. Saya harap mereka aman,” tutupnya.

Berbeda dengan kisah Dwi, Nina, seorang perempuan berusia 23 tahun, seorang pekerja di jasa laundry mengungkapkan kisah yang berbeda.

Tempat kerjanya berada tak jauh dari pantai tempat terjadinya tsunami. Tsunami mengakibatkan tempat kerjanya hancur, tetapi untungnya, Nina berhasil menyelamatkan diri.

Ia berlari menuju kediamannya untuk menemui dan memastikan ibu serta adik laki-lakinya dalam kondisi aman.

“Kami mencoba mencari tempat berlindung, tetapi kemudian saya mendengar orang berteriak, ‘AIR! AIR!,” kenang Nina sembari menangis.

“Saya berhasil menemukan ibu dan adik-adik saya. Kami berlari, tetapi akhirnya terpisah,” tambah Nina.

Hingga saat ini, Nina juga tak mengetahui kabar dari ibu dan adik-adiknya, “Sekarang saya tidak tahu di mana ibu dan saudara saya berada. Saya tidak tahu cara mendapatkan informasi yang tepat. Syaa tidak tahu harus berbuat apa”.

Guncangan gempa dan sapuan tsunami memakan banyak korban membuat narapidana di penjara Palu memaksa untuk keluar.

Lebih dari 100 narapidana berhasil kabur dari penjara untuk mencari keluarga mereka. Bahkan, rutan tersebut sempat terbakar dan narapidana lain harus diamankan di depan rutan untuk meminimalisasi terjatuhnya korban.

Sipir rutan, Adhi Yan Ricoh, mengatakan bahwa sulit untuk menjaga keamanan dengan jumlah narapidana yang membludak, “Sementara mereka juga sangat panik dan harus menyelamatkan diri juga”.

Ia sama sekali tak memikirkan bagaimana narapidana yang kabur, ia hanya berusaha mengamankan narapidana yang tersisa serta memastikan keamanan mereka yang jumlahnya sekitar ratusan jiwa.