Berita Kesehatan Akurat: Susu Si Penyempurna Penting Kecukupan Gizi Harian Anak, Ini Alasannya & yang Terbaik

By Gazali Solahuddin, Rabu, 31 Oktober 2018 | 09:00 WIB
Anak setelah ASI, masih membutuhkan susu untuk perkembangan otak dan pertumbuhan fisiknya. (pinstock/Getty Images)

Nakita.id - Susu mengandung protein bernilai biologi tinggi, dan zat-zat gizi esensial lain dalam bentuk yang mudah dicernakan dan diserap.

Karena itu susu sangat dianjurkan bagi golongan manusia yang membutuhkan lebih banyak protein, yaitu bayi-balita serta ibu hamil dan menyusui.

Bukan cuma itu, bayi-balita dan janin juga membutuhkan kalsium dan fosfor yang berperan penting untuk pembentukan tulang dan gigi, serta pertumbuhan keseluruhan.

Baca Juga : Catat! Ini Penanganan Tepat Jika Si Kecil Alergi Konsumsi Susu Sapi

Lebih dari 80% kalsium tubuh kita tersimpan dalam tulang.

Makanan yang kaya kalsium juga mengandung fosfor. Nah, susu adalah makanan sumber kalsium dan fosfor yang terbaik.

Baca Juga : Susu Kental Manis Sempat Jadi Polemik, BPOM Keluarkan Peraturan Ini

Kebutuhan Susu Menurut Usia

Usia Kebutuhan susu per hari
Sebelum 1 tahun Boleh lebih dari 3 gelas (bila tidak diberikan ASI eksklusif)
Di atas 1 tahun Cukup 3 gelas
Di atas 5 tahun Cukup 2 gelas
Di atas 10 tahun Cukup 1 gelas

ASI EKSKLUSIF

Untuk bayi, tentunya susu bukanlah makanan penyempurna, melainkan yang utama.

Nah, ASI adalah makanan utama yang terbaik. Cairan kehidupan ini memiliki kandungan gizi, nutrisi, dan antibodi yang paling sempurna.

Baca Juga : Berita kesehatan akurat: Inilah Kebutuhan Gizi Anak di 5 Tahun Pertama Kehidupannya

Salah satu hasil penelitian yang dilakukan di 6 negara berkembang membuktikan, bayi usia 0-2 bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih rentan terkena infeksi pencernaan hingga 400%! Yang dimaksud ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa dicampur dengan apa pun, termasuk air bening, vitamin, dan obat.

Berbagai penelitian pun membuktikan, ASI berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak.

Jadi, berikanlah ASI eksklusif kepada bayi dan bila mungkin tetaplah susui si kecil hingga usia 2 tahun.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Sedang Musim Film Horor, Moms Hamil Bolehkah Menonton?

SUSU FORMULA UNTUK BAYI

Susu formula diberikan jika oleh suatu sebab tertentu bayi tak bisa mendapatkan ASI.

Hanya saja, tak ada satu pun susu formula yang kandungan gizinya dapat menyamai ASI.

Susu formula untuk bayi dibedakan atas susu formula awal (usia 0-6 bulan), dan susu formula lanjutan (usia 6-12 bulan).

Susu formula awal dibedakan lagi untuk bayi lahir cukup bulan, bayi kurang bulan, dan bayi lahir cukup bulan namun dengan BBLR (berat badan lahir rendah).

Baca Juga : Berita Kesehatan: Bolehkah Berhubungan Intim Secara Oral Saat Hamil?

Pembedaan ini disesuaikan dengan kemampuan organ pencernaan bayi. Selain disesuaikan usia, perhatikan pula kecocokannya, yaitu tidak menimbulkan efek samping seperti alergi, diare, atau malah sembelit.

Sebaiknya konsultasikan pada dokter anak sebelum memilih ataupun ketika hendak menggenti jenis susu formulanya.

Untuk bayi yang alergi susu sapi, dokter akan menganjurkan menggantinya dengan susu yang terbuat dari kacang kedelai.

Kalau dengan susu kedelai pun menimbulkan masalah, alternatif lainnya adalah susu elemental atau susu formula hidrolisa (biasanya pada kemasannya bertuliskan HA atau hipoalergenic).

Baca Juga : Berita Kesehatan: Amankah Makan Udang Saat Hamil? Ini Penjelasannya

Porsi Pemberian

Usia bayi Porsi pemberian
Lahir – 3 bulan Sekitar 60-90 ml, diberikan kapan saja setiap kali bayi lapar.
Di atas 3 bulan Sekitar 180 ml, diberikan setiap 2-3 jam.
Di atas 6 bulan Sekitar 200 ml, diberikan 2 kali sehari karena bayi sudah mendapat makanan padat.

SUSU FORMULA UNTUK BALITA

Kandungan gizi susu formula balita harus berbeda dari susu formula bayi terutama jumlah kalori dan proteinnya.

Semakin tinggi usia anak, kalori yang dibutuhkannya semakin banyak.

Fungsi pencernaan anak untuk mengolah makanan pun sudah semakin baik.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Musim Hujan, Saatnya Mengonsumsi 5 Makanan Ini Agar Imunitas Meningkat

Karenanya, belilah susu sesuai usia anak, baik untuk anak 1-3 tahun, 3-5 tahun, maupun 6 tahun ke atas.

Sesuaikan juga rasanya dengan selera anak, disamping perhatikan kecocokannya semisal reaksi alergi.

Adakalanya susu rasa cokelat menyebabkan alergi atau memicu keluhan bagi mereka yang berbakat asma.

Begitu juga anak-anak hiperaktif dengan gangguan pemusatan konsentrasi, bisa-bisa bertambah hiperaktif.

Baca Juga : Berita Kesehatan: 5 Kebiasaan yang Biasa Dilakukan Ini Dapat Merusak Ginjal!

Bolehkah Anak Mengonsumsi Susu Dewasa?

Sepanjang tak ada masalah dengan pencernaannya, anak boleh saja mengonsumsi susu untuk orang dewasa.

Hanya saja takarannya 3 gelas per hari, bukan 2 gelas.

Soalnya, anak membutuhkan ekstra kalsium untuk pertumbuhan tulang dan giginya.

Begitu pun bila si balita ingin minum susu formula untuk anak usia di atas/di bawahnya, tak masalah.

Perbedaan kandungan susu formula biasanya tak terlalu signifikan meski mungkin kurang memenuhi standar kebutuhannya.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Wanita Dengan Bentuk Tubuh Apel Berisiko Tinggi Alami Serangan Jantung!

 Hanya saja hal ini sering dirasa lebih merepotkan karena orangtua harus mengalikan sekian kali dari takaran biasanya sesuai dengan usia dan berat badan anak.

Itu pun hasil takarannya belum tentu tepat. Akibatnya, bisa muncul sembelit dan kerja organ pencernaannya makin berat karena kandungan gizinya tak sesuai dengan kebutuhan.

SUSU DENGAN KANDUNGAN EKSTRA

Kini, di pasaran dengan mudah dijumpai beragam produk susu formula dengan zat-zat ekstra.

Ada susu formula dengan Omega-3 DHA (docosahexaenoic acid/asam dokosaheksaenoat), AA/ARA (arachidonic acid/asam arakidonat), prebiotik FOS (fructo-oligo-saccharide ), L-carnitin, laktoferin dan laktulosa, dan lainnya.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Wanita Dengan Bentuk Tubuh Apel Berisiko Tinggi Alami Serangan Jantung!

Memang, melalui penelitian yang panjang, beberapa di antaranya telah terbukti memberikan manfaat plus bagi kesehatan bayi dan anak.

Akan tetapi, kandungan tambahan ini hanya akan efektif berfungsi bila bersinergi dengan zat gizi lainnya.

Contoh, kandungan AA-DHA akan berfungsi baik bila bersinergi dengan zat besi dalam pembentukan otak.

Jadi yang terpenting dari susu tetaplah zat gizi utamanya, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.

Jika kebutuhan dasar gizi sudah tercukupi, maka zat ekstra ini baru akan terasa manfaatnya.

Baca Juga : Berita Kesehatan: ASI di Kulkas Juga Bisa Kadaluwarsa, Ini Cirinya!

Sebaliknya jika kandungan dasar gizinya tak tercukupi, maka tubuh tak dapat memanfaatkan komponen tambahan tersebut untuk dimetabolisme.

Jadi sebenarnya, susu formula tanpa kandungan tambahan di luar zat gizi utama sudah sangat baik.

SUSU KHUSUS

Jenis susu ini diberikan hanya kepada anak dengan kondisi tertentu.

Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anak atau ahli gizi anak.

Susu Penambah Berat Badan (SPBB)

SPBB memiliki komposisi/kandungan zat-zat yang berbeda dibanding susu formula biasa. Antara lain, jumlah kalorinya lebih tinggi dibandingkan produk susu lain.

Baca Juga : Berita kesehatan akurat: Tidak atau Kurang Subur? Tenang, Ada Obatnya

Begitu pun komponen vitamin dan mineralnya, lebih tinggi dan lebih lengkap.

Karenanya, SPBB diformulasikan khusus untuk anak-anak yang memiliki indikasi medis tertentu atau yang benar-benar memerlukannya, yaitu anak yang dalam 2 bulan berturut-turut BB-nya tak bertambah; mengalami gangguan sistem pencernaan; sedang menjalani tahap pemulihan dari sakit; dan anak kurus (BB-nya tak sesuai grafik tumbuh kembang).

Susu Rendah Laktosa

Umumnya diperuntukkan bagi mereka yang mengalami diare atau pemulihan sesudah sakit.

Namun dalam beberapa kasus, ada juga anak yang kondisi pencernaannya memang tak tahan terhadap laktosa.

Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Cegah dan Atasi Kebiasaan Picky Eater Pada Anak

Gangguan ini disebut lactose intolerance (intoleransi laktosa) atau dalam bahasa awamnya lambung yang bersangkutan tak dapat mencerna susu.

Susu Kedelai

Susu kedelai sangat baik dikonsumsi, terutama bagi anak-anak yang alergi susu sapi atau mereka yang mengalami gangguan saluran cerna, semisal kekurangan atau tak memiliki enzim laktase hingga tak mampu mencerna laktosa.

Susu kedelai dipasarkan dalam kondisi "murni", artinya tanpa tambahan gula.

Meski begitu, tak menutup kemungkinan ditambahkan gula atau penambah cita rasa seperti cokelat, pandan, stroberi dan sebagainya bila memang diinginkan.

Untuk meningkatkan selera anak bisa juga ditambahkan gula sekitar 7% saja dari berat susu tersebut. Kadar gula berlebihan membuat anak cepat merasa kenyang.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Atur Jarak Kehamilan, Kurang dari 12 Bulan risiko autis, Lebih 5 Tahun Berisiko Pada Kehamilan

Susu Penambah Energi

Biasanya, susu ini dikategorikan sebagai menu tambahan atau pelengkap. Namun mengingat kandungan zat gizinya terbilang komplet, susu penambah energi ini boleh dikatakan sebagai pengganti makanan.

Meski demikian bukan berarti anak hanya mengonsumsi susu ini dan tak perlu lagi menyantap makanan yang lain.

Sebaiknya susu penambah energi diberikan pada anak yang nafsu makannya tergolong buruk atau rendah.

Makanan Cair

Makanan cair berbentuk bubuk mampu memenuhi kebutuhan kalori anak.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Payudara Besar Tidak Ada Hubungannya Dengan Banyaknya ASI

Anak yang dianjurkan mengonsumsi makanan cair di antaranya karena berat badannya tak naik-naik, baru sembuh dari sakit, mengalami gangguan pencernaan, gangguan di sekitar mulut atau karena refleks menelannya kurang baik hingga sulit menelan.

SUSU SEGAR & SUSU CAIR

Saat ini di pasaran beredar beragam susu cair. Ada yang memberi label susu segar, susu pasteurisasi, susu sterilisasi atau susu UHT (Ultra High Temperature).

Semua jenis susu ini memiliki kandungan gizi yang sama karena telah diformulasikan sama dengan susu segar.

Namun dibanding susu segar, aneka susu yang telah mengalami proses pengolahan tadi memiliki kelebihan, yakni waktu simpan yang lebih lama.

Khusus susu segar, bila akan diminum langsung sebaiknya dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 70­80°C selama 5-10 menit, kemudian harus segera diminum dan habis saat itu juga.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali Seluk Beluk TB Kelenjar, Penyakit Serius Yang Sempat Menyerang Fitri Tropika

Masa simpan dalam suhu ruang tak lebih dari 2 jam. Bila disimpan dalam lemari pendingin, kemungkinan mampu bertahan selama 12 jam.

Namun usahakan menggunakan wadah yang telah disterilisasi (dapat menggunakan gelas atau botol gelas yang telah direbus).

Tip Memilih Susu Cair

* Pilih produk dengan kemasan sempurna (tidak cacat, tidak penyok, dan sebagainya).

* Baca tanggal kedaluwarsa yang terdapat dalam kemasan.

* Bila kemasan tampak menggembung, pertanda sudah tercemar oleh mikroba.

Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan : 4 Pengobatan Stroke Ini Ternyata Hanya Mitos

* Walaupun kemasan produk terlihat sempurna (tidak cacat), cobalah keluarkan sebagian. Cicipi apakah terasa asam. Bila asam pertanda sudah ada bakteri di dalamnya.

Ini bisa terjadi karena kebocoran kemasan yang sangat kecil sekalipun. Selanjutnya, bakteri penghasil asam itu akan membuat cairan susu menggumpal.

BILA SI KECIL TAK SUKA SUSU

Meski susu sangat penting, namun setelah anak mengonsumsi makanan padat, sebenarnya susu hanyalah sebagai makanan tambahan atau suplemen.

Baca Juga : Berita Hoax Kesehatan: Panas Dalam Hoax yang Masih Dipercaya Hingga Kini!

Jadi bila si kecil memang benar-benar tak suka susu, kita tak perlu memaksakannya.

Toh, hal itu bisa disiasati dengan menyajikan makanan camilan yang mengandung susu atau makanan lain yang cukup kaya kandungan kalsiumnya seperti keju.