Nakita.id - Kekhawatiran ibu hamil dapat memicu terjadinya stres yang dapat berlanjut hingga pasca persalinan.
Bentuk respons tubuh terhadap stres adalah rangsangan, baik terhadap aksis hipothalami pituitari adrenal (HPA) maupun sistem saraf simpatis (SNS).
Rangsangan tersebut akan berakibat pada perubahan neuroendokrin, khususnya berupa pelepasan hormon kortikotropin (CRH) dan hormon adrenokortikotropin (ACTH), yang kemudian akan merangsang korteks adrenal untuk melepaskan kortisol.
Selama kehamilan, ada peningkatan progresif pada ACTH, kortisol, dan CRH ibu.
BACA JUGA: Tiga Dampak 'Baby Blues' Terhadap Bayi yang Jarang Diketahui
Hubungan antara plasenta dan HPA aksis bersifat timbal balik.
Stres yang dialami ibu menghasilkan pengeluaran kortisol adrenal, epinefrin dan norepinefrin sehingga akan merangsang produksi CRH plasenta.
Selanjutnya plasenta mengeluarkan CRH, yang dapat memengaruhi atau bahkan memperkuat peran responsibilitas HPA dan janin terhadap stres.
Stres yang dialami ibu hamil dapat terus berlanjut hingga pasca persalinan.
Ketika terjadi ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, ibu akan mengalami baby blues.
BACA JUGA: Riset: Wanita Lebih Berisiko Alami Gejala Depresi Jika Kurang Berolahraga
Di bawah ini adalah beberapa faktor yang paling umum ditemui yang dapat menghambat penyesuaian dalam menerima peran sebagai ibu.
1. Ibu mengalami depresi berat saat hamil.
Misalnya, kesedihan karena kehilangan orang tua atau sanak keluarga.
2. Proses persalinan yang diharapkan normal (fisiologis) menjadi berjalan patologis (dengan tindakan, seperti vakum atau operasi caesar).
Ketidaksiapan dan kekecewaan ibu dapat memengaruhi mood setelah melahirkan dan membuat seorang ibu terus tenggelam dalam perasaan bersalah atau menyesal.
BACA JUGA: Ingin Menurunkan Berat Badan Setelah Melahirkan? Ikuti Tips ini Moms!
3. Bayi yang lahir tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Misalnya ada kelainan, bayi lahir dengan berat rendah, bayi kuning, bayi lahir dengan kondisi yang tidak normal, bahkan hanya karena jenis kelamin tidak sesuai dengan yang diharapkan.
4. Persepsi terhadap pelayanan petugas.
Misalnya, petugas yang diharapkan ramah, membantu, dan memberikan dukungan dalam proses persalinan, terlalu kaku bahkan tidak kooperatif. Perlakuan petugas ini dapat memengaruhi kepercayaan diri ibu.
5. Persepsi pada citra tubuh.
Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara, perut, penimbunan lemak, pigmentasi kulit serta tanda regangan pada kulit membuat tubuh wanita menjadi tampak jelek menurut persepsinya.
BACA JUGA: Sedikit yang Tahu, Produk Bayi ini Dapat Membuat Ibu Cantik Sempurna
Persepsi ini memberikan pengaruh yang berarti bagi wanita yang selalu ingin tampak rapi, ideal, dan menjaga tubuh. Terkadang, beberapa wanita juga merasa khawatir jika dirinya sudah tidak menarik lagi bagi suaminya.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Baby blues/ dr. Soffin Arfian Sp.OG/ Tiga Serangkai |
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Bayu Probo |
KOMENTAR