Nakita.id.- Imunasi yang diperlukan oleh setiap anak sampai umur tertentu telah dicanangkan oleh pemerintah lewat program Imunisasi Wajib.
Program wajib imunisasi ini dapat diikuti lewat puskesmas, rumah sakit atau dokter dengan gratis.
Baca Juga : Indonesia Bebas Difteri, Cegah Penularan Sekarang Juga Dengan Vaksin
Namun demikian, masih banyak masyarakat yang tidak mengindahkan 'kewajiban' yang notabene bertujuan mulia ini.
Yakni mengurangi angka kesakitan dan kematian anak di usia bayi dan balita.
Perlu Moms ketahui, penyakit difteri mudah menular dan bisa menyebabkan komplikasi kematian.
Jika ditangani dengan cepat, penyakit ini bisa disembuhkan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Bikin Jus, Lebih Sehat Pakai Blender atau Juicer?
Difteri adalah penyakit yang menyerang saluran napas atas dan kulit akibat bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Kuman difteri menyebar melalui percikan air liur di udara, misalnya bersin dan batuk, sehingga amat mudah menular. Jadi, pasien difteri harus diisolasi.
"Isolasi juga bertujuan untuk membuat pasien tidak tertular infeksi lain sehingga daya tahan tubuhnya menguat," kata Dr.dr.Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), ahli infeksi tropik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ditemui nakita.id.
Menurut dokter yang akrab disapa Hinki ini, difteri mematikan karena bakteri penyebabnya akan menghasilkan toksin dan membentuk membran putih tebal di tenggorokan atau amandel.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Ini 4 Tanda-tanda Tubuh Tidak Sehat
"Membran putih itu dalam beberapa hari akan menutup saluran napas sehingga pasien sesak.
Jika terus turun ke saluran napas bawah, pasien makin susah bernapas sehingga harus dilubangi lehernya untuk memberi jalan napas," kata Hinki.
Racun difteri juga dapat terus menyebar ke jantung dan saraf melalui aliran darah, sehingga menimbulkan kematian.
Untuk mencegah komplikasi tersebut, pasien harus dibawa ke dokter dalam kurun waktu 72 jam setelah tertular.
"Karena penyakit ini disebabkan oleh bakteri, penangannya dengan diberikan antibiotik dan juga serum antidifteri.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Asupan Serat Cukup, Kesehatan Tubuh Terjamin
Pasien juga harus diisolasi, diberi asupan makanan dan cairan agar kekebalan tubuh kuat. Sementara anggota keluarganya divaksin," ujar Hinki.
Dijelaskan oleh Hinki, walau penyakit ini mematikan tetapi sejatinya bisa dicegah dengan imunisasi.
Tidak hanya pada anak-anak, imunisasi juga perlu dilakukan oleh orang dewasa karena kekebalan dari vaksin lama kelamaan akan berkurang.
Baca Juga : Donor Darah Dari Ibu Hamil Berbahaya Bagi Penerima Pria, Benarkah?
"Saat ini banyak orang dewasa yang menjadi pembawa (carier) kuman difteri. Walau tidak menimbulkan gejala penyakit, tapi tetap bisa menularkan," katanya.
Sehubungan dengan imunisasi difteri, agar anak-anak bisa mengikuti imunisasi, belum lama ini UNICEF bersama dengan Dinas Kesehatan Banyuwangi melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) difteri tahap 3 pada bulan Desember 2018.
Kali ini, pemberian ORI difteri dilakukan dengan sweeping (mencari sasaran/objek langsung) di pasar dan pusat perbelanjaan.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, dr. Widji Lestariono, M.Kes, mengatakan sejatinya, Banyuwangi merupakan kabupaten dengan tingkat cakupan imunisasi dasar lengkap tertinggi di Jawa Timur, yang mencapai 100%.
Hanya saja, dengan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di Jawa Timur pada awal tahun 2018, maka ORI difteri pun dilakukan secara tiga tahap, dengan tahap terakhir dilakukan pada bulan ini.
Baca Juga : Sering Disalahartikan, Ternyata Alzheimer Tak Sama Dengan Demensia
"Tahun kemarin itu ada 1 kasus difteri di sini, tapi ternyata kasus luar, jadi orang Jember datang berkunjung namun kami dapat deteksi dan obati. Tahun ini tidak ada, dengan ada beberapa suspect yang setelah diperiksa hasilnya negatif," tutur Rio, panggilan akrabnya, Sabtu (22/12/2018), seperti dikutip dari suaracom.
Data terbaru dari Dinkes Banyuwangi menyebut sudah 95,86% populasi anak-anak usia 1 sampai 19 tahun yang mendapatkan imunisasi ORI difteri. Untuk meningkatkan cakupan imunisasi, sweeping bersama pun dilakukan.
Sweeping yang dilakukan Dinkes Banyuwangi bersama dengan UNICEF dan tim kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga Surabaya dilakukan di dua tempat, yakni pusat perbelanjaan Roxy dan Pasar Sri Tanjung.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Ribuan Pasien Meninggal Setiap Tahun di AS Karena Pelayanan Kesehatan Buruk
Para volunteer dari FKM Unair melakukan sweeping dan memberikan edukasi singkat soal ORI difteri kepada para orangtua yang membawa anak.
Target imunisasi difteri sendiri diberikan kepada anak usia 0 sampai dengan 19 tahun.
Di lokasi sweeping, Child Survival and Development (CSD) Specialist UNICEF Dr. Armunanto M.Ph menjelaskan, langkah yang dilakukan Pemkab Banyuwangi dengan melakukan sweeping anak-anak yang belum terpapar imunisasi lengkap difteri, merupakan suatu langkah maju.
Mereka menyisir dan mencari anak-anak yang sebelumnya tidak terdata atau sedang berhalangan ketika giat imunisasi dilakukan, untuk kemudian dilakukan imunisasi di tempat.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Serangan Jantung Masih Teratas Penyebab Kematian, Lakukan Ini Agar Jantung Sehat
“Harapannya, mereka tidak ada lagi yang sampai terlepas dan lolos. Semua anak berkesempatan untuk ikut imunisasi,” ucap Armunanto.
Dr. Susy Katikana Sebayang, M.Sc, dosen sekaligus koordinator tim volunteer dari FKM Unair, mengatakan sweeping ditargetkan untuk menjangkau populasi yang mungkin tidak tercakup saat program imunisasi nasional berlangsung.
Populasi anak jalanan, anak dalam lapas, dan penduduk yang sering berpindah merupakan target utama sweeping ORI difteri tahap 3. Untuk ORI difteri, volunteer yang berasal dari mahasiswa juga dimaksudkan untuk lebih menjangkau kalangan remaja.
Baca Juga : Lengan Bergelambir? Lakukan Olahraga Ini Untuk Mengatasinya!
"Kalau bayi dan balita kan masih bisa disuruh orangtuanya. Kadang yang remaja ini yang lepas. Makanya dengan volunteer dari kalangan sebaya, diharapkan bisa mengurangi rasa takut dan mau melakukan ORI difteri," tuturnya. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR