Nakita.id - Menurut National Institute of Mental Health di Amerika Serikat, depresi pascamelahirkan memengaruhi hingga 20% ibu baru dan ditandai dengan, "Merasa sedih, putus asa, hampa, atau kewalahan," tapi belum banyak yang tahu tentang adanya depresi kehamilan.
(Baca juga : Viral! Foto Ini Mengungkapkan Realitas Depresi Postpartum Seorang Ibu)
Contohnya adalah seorang ibu bernama Sophia Majid, satu dari lima ibu hamil yang terkena depresi prenatal. Ia secara terang-terangan membagi kisahnya dengan harapan bisa menyebarkan kesadaran dini untuk para ibu hamil.
Sophia sekarang adalah ibu dari empat anak yang berprofesi sebagai makeup artist profesional. Sebelumnya, ia menjalani hidup bahagia bersama ketiga buah hatinya.
Tapi semuanya berubah selama kehamilan keempatnya. Ia diketahui mengalami infeksi sehingga memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
"Saya mendapat infeksi yang berarti saya harus tinggal di rumah sakit selama lima hari, dan setelah itu saya mulai memerhatikan adanya perubahan suasana hati yang cepat." Kondisi ini membuat Sophia cemas selama beberapa waktu.
"Saya cemas dan ini membuat saya mulai panik. Kepanikannya sangat buruk sehingga saya memutuskan untuk kembali ke rumah sakit dan memberi tahu dokter," tuturnya.
Sophia menangis karena merasa kelelahan, namun tak bisa tidur. Karena merasa khawatir akan memengaruhi kondisi janinnya, oleh dokter Sophia pun diberi obat bius untuk membuatnya tidur.
Awalnya, ibu ini hanya mengira kurang cukup tidur. Sementara, pasangannya tidak paham dan hanya bisa mengatakan bahwa Sophia hanya perlu tidur untuk merasa lebih baik.
(Baca juga : Masalah Tidur Anak Bisa Membuat Orang Tua Depresi)
Setelah berada di rumah sakit selama beberapa hari, Sophia akhirnya dipulangkan ke rumah dan bertemu ketiga anaknya. Perasaan Sophia kala itu adalah sangat tertekan dengan segala hal, sekecil apapun itu. Ia juga mengaku mudah sekali sedih.
"Saya merasa cemas dan lelah, dan saya tidak bisa rileks atau berkonsentrasi. Saya hanya ingin perasaan ini pergi dan tidak kembali lagi," ungkapnya.
Kemudian, Sophia coba berbicara dengan beberapa teman tentang hal yang menimpanya dan mereka berkata kepadanya bahwa ini terdengar seperti gejala depresi prenatal.
Mendengar hal itu Sophia kemudian pergi ke dokter dan dokter pun menawarkan obat anti-depresan. Dalam hati kecilnya, ia enggan mengonsumsi obat tersebut karena takut akan membahayakan janin dan bisa ketergantungan.
Jadi, dokter pun memberi rujukan kepada Sophia untuk melakukan sesi konseling selama hamil. Tapi karena merasa menunggu terlalu lama dalam daftar tunggu, dan situasinya terlalu mendesak, akhirnya Sophia melakukan konseling lain secara pribadi dengan biaya yang sangat mahal.
"Masalahnya, saya merasa benar-benar tak berdaya dan sepertinya tidak membantu, kecuali setelah mencoba hipnoterapi yang membantu meringankan hal-hal ini pada akhirnya."
(Baca juga : 5 Masalah Kesehatan Umum yang Berawal dari Depresi)
Sophia diberitahu bahwa karena kondisinya ini, ia berisiko tinggi mengalami depresi pascamelahirkan setelah melahirkan bayi.
"Saya takut jika saya tidak akan merasakan ikatan dengan bayi saya dan tidak akan bisa merawatnya. Jadi ini adalah saat yang sangat menegangkan, kata Sophia.
Ia pun sering mendengar bahwa orang-orang menderita lebih parah dari yang ia alami tanpa tahu gejala dan tidak sadar apa yang sedang terjadi.
Setelah menderita hal ini, Sophia pun harus membagikan pengalaman pahitnya karena begitu banyak ibu hamil di luar sana yang telah melewati hal serupa atau bahkan lebih parah. (*)
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR