Nakita.id – Adakah kerabat kita yang pernah terkena serangan stroke? Ayah, Ibu, saudara kandung, Kakek, atau Nenek?
Bila ada, coba terapkan anjuran dari Caroline Watkins, seorang peneliti di University of Central Lanchaside berikut.
Watkins percaya, penderita stroke yang menjalani terapi curhat, begitu ia menyebutnya, dapat mengurangi risiko mereka untuk meninggal lebih cepat.
Kesimpulan ini ia dapat setelah melakukan penelitian terhadap para penderita stroke.
Hasilnya 48% yang menjalani terapi curhat tidak jatuh dalam depresi dan mampu hidup lebih panjang.
BACA JUGA: Inilah Tanda Peringatan Stroke yang Seharusnya Tidak Moms Abaikan
Saat bertemu terapisnya, penderita stroke akan diminta bercerita tentang harapan dan ketakutan yang mereka rasakan di saat ini maupun di masa depan.
“Terapis akan membantu mencari jawaban dan membuat mereka mampu menerima kondisinya dengan lapang dada.
Jadi terapi ini bukan sekadar mengajak penderita mengobrol tanpa arah,” kata Watkins.
Ia menambahkan, hasil yang dicapai akan lebih baik bila terapi dilakukan secepat mungkin setelah seseorang terkena stroke.
“Bila menunggu terlalu lama, bisa jadi sudah masuk dalam tahap depresi,” tambahnya.
Curhat atau curahan hati, adalah sebuah akronim yang sudah terdengar familiar. Curhat dipercaya menjadi salah satu terapi yang baik untuk menghindari depresi.
Hampir setiap orang pernah melakukan curhat, baik itu tatkala mendapatkan kegembiraan, apalagi menghadapi kecemasan.
Hal sederhana yang dilakukan semua orang ternyata memiliki manfaat yang besar karena dapat menghindarkan seseorang dari depresi.
BACA JUGA: Akan Selalu Dikelilingi Perempuan Cantik, Ini Pesan Aldi Bragi untuk Putranya
Watkins menekankan pentingnya upaya memahami lebih dalam tentang depresi agar dapat menemukan cara menanggulangi.
Ia juga melihat pentingnya dukungan bagi orang-orang yang mengalami depresi dengan menemani dan menyemangati, dan mendengarkan tanpa menghakimi.
Tanpa kita sadari sebenarnya curhat itu penting, untuk exhaust. Mengekspresikan perasaan bisa mengurangi beban masalah kejiwaan.
“Orang yang mengalami depresi itu merasa dirinya tidak baik,sementara orang-orang di sekitarnya tidak peka.
Padahal orang yang depresi itu sedang sakit dan membutuhkan bantuan kita untuk sembuh dari penyakitnya”, tutur Watkins.
Moms, kita bisa membantu orang-orang yang mengalami depresi dengan mendengarkan mereka berbicara, dan membuka wawasan mereka bahwa di sekitar mereka ada harapan dan banyak orang yang ingin membantu mereka.
Secara umum, yang dibutuhkan adalah pendengar yang baik. Utamanya adalah tidak memotong pembicaraan, bukan malah menasehati apalagi menyalahkan.
BACA JUGA: Manfaat Cuka Apel Buat Rambut, Usir Ketombe Hingga Bikin Mengilap
“Tidak memotong pembicaraan, bersifat mendukung, bisa memahami, dan reflective listening.
Harus benar-benar bisa menjadi orang yang bisa mendengar, bukan hanya mendengar tapi memerhatikan," tambah Watkins.
Menyimak bukan hanya memakai telinga saja untuk mendengar, tetapi juga menggunakan indra lainnya.
Seperti mata untuk melihat gerak tubuh dan ekspresi, hati untuk berempati terhadap apa yang dikatakan, dan pikiran untuk mengkoneksi setiap kata dan ucapan. (*)
Source | : | Prevention.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR