Kabar Sekolah Kembali Buka di Tahun Ajaran Baru 2020/2021 Buat Orangtua Khawatir, KPAI dan Kak Seto Ungkap Kondisi Ideal Pembukaan Kembali Sekolah Tatap Muka di Tengah Pandemi
Nakita.id - Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI baru saja mengumumkan dibukanya kembali sekolah tahun ajaran baru 2020/2021 pada Juli 2020.
Wacana membuka kembali sekolah di tengah pandemi Covid-19 awalnya sudah mengemuka sejak beberapa waktu lalu.
Wacana itu muncul seiring dengan rencana new normal atau kenormalan baru di beberapa wilayah di Indonesia.
Pemprov DKI Jakarta sudah memutuskan menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi menuju new normal.
Beberapa aktivitas sosial dan ekonomi pun perlahan dibuka kembali.
Baca Juga: Bagaimanakah Nanti Anak Bersekolah Saat Pandemi? Nakita.id Membahas Tuntas!
Namun untuk kembali membuka kegiatan belajar mengajar hal tersebut masih ditentang oleh berbagai pihak.
Salah satunya pihak KPAI yang mengungkapkan sebenarnya ada kesalahpahaman masyarakat akan pengertian kembalinya tahun ajaran baru.
"Ada miskonsepsi yang diterima oleh sebagian masyarakat bahwa tahun ajaran baru secara otomatis pembelajaran tatap muka. Tentu tidak demikian," ujar Dr. Susanto, MA, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) saat dihubungi Nakita.id Kamis (11/06/20).
"Untuk memastikan anak tetap belajar, tahun ajaran baru bisa dimulai. Namun sekema pembelajaran tatap muka agar ditunda untuk smeentara waktu hingga kondisi benar2 aman dan nyaman untuk anak," tambahnya.
Susanto juga mengungkapkan melihat situasi sekarang, Indonesia sebenarnya belum bisa membuka proses pembelajaran secara tatap muka dalam waktu dekat.
Terlebih lagi, Susanto juga mengeungkapkan efektifitas protokol kesehatan pada anak-anak sangat lah kecil kemungkinannya.
"Potensi efektivitas penerapan protokol kesehatan di sekolah untuk usia anak terutama jenjang PAUD, SD dan SMP rentan kurang terlaksana dengan baik," tambahnya.
Untuk belajar di rumah sendiri, Susanto menilai memang memiliki plus dan minus tersendiri bagi para murid.
Namun tetap selalu dipantau dan menjadi evaluasi tersendiri untuk KPAI untuk yang terbaik ke depannya nanti.
"Belajar di rumah saat ini konteksnya adalah kondisi darurat karena untuk memastikan anak bisa aman dari berbagai kerentanan terpapar dan terdampak. Memang banyak pengaduan ke kpai bahwa proses pembelajaran dari rumah saat ini masih menghadapi kendala; baik kuota terbatas bagi siswa, tugas siswa yg menumpuk, melelahkan, membosankan dan lain-lain," jelasnya.
Menurut Susanto, untuk kesiapan Indonesia sendiri membuka kembali sekolah dinilai masih belum bisa dilaksanakan sampai kasus-kasus penyebaran menurun.
"Untuk sementara waktu tunda dulu hingga kasus-kasu menurun signifikan dan kondisi aman dan nyaman untuk semua anak Indonesia." tegasnya.
Tak hanya pihak KPAI, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto juga menegaskan hal serupa.
Kak Seto tegaskan bahwa tahun ajaran baru memang akan dimulai pertengahan Juli, namun tidak disamakan dengan pembukaan kembali sekolah anak.
Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar akan tetap berjalan seperti kurikulum di sekolah, namun siswa tetap belajar di rumah.
Seto Mulyadi menjelaskan bahwa rencana membuka kembali sekolah pada awal tahun 2021 itu tidak akan menjadi masalah untuk para anak.
"Yang dipentingkan sekarang adalah bagaimana proses belajar mengajar tidak tertinggal dan anak tetap bisa belajar dengan prinsip dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja," ujar Kak Seto dalam sambungan telefon saat dihubungi oleh Nakita.id, Sabtu (06/06/20).
Menurutnya, seharusnya kita lebih melihat dan menjaga kepentingan anak di masa pandemi covid-19 ini.
"Buat kami (sebagai psikolog) justru kepentingan anak itu yang harus dijaga, kepentingan terbaik itu pertama kesehatan anak jangan sampe kena terpapar virus dan akhirnya sakit, kedua keselamatan hidup anak," ujar Kak Seto.
Dalam era new normal, masyarakat memang diharuskan untuk mengikuti apa saja protokol kesehatan yang ditetapkan.
Namun, hal tersebut masih diragukan untuk tetap dilakukan seharian oleh para anak-anak yang belum mampu membatasi dirinya dari kegiatan di luar.
Apalagi menurut Kak Seto, anak-anak cenderung melakukan banyak kegiatan yang aktivitas motorik kasarnya yang cukup tinggi.
Sehingga, jika anak dibebaskan maka sangat berbahaya sekali untuk kesehatannya.
"Jadi aktivitas motorik kasarnya ini cukup tinggi, sehingga kalau dia dibebaskan yaudah anak-anak akan saling berlari atau mungkin saling berpegangan tangan dan lainnya. Itu kan sangat berbahaya sekali kan," jelasnya.
Kak Seto juga mengungkapkan, bahwa memang sering kali beberapa hal tentang anak sering kali dilupakan.
Apalagi kita harus mengingat bahwa setiap anak mempunyai suatu daya adaptasi yang cukup tinggi dalam mengatasi situasi-situasi yang baru.
Kak Seto juga menyarankan pemerintah dan pemangku kepentingan dunia pendidikan agar menerapkan kebijakan normal baru atau new normal secara bertahap pada anak.
"Pemahan new normal ini tentu harus dimulai dari yang dewasa dan lebih mampu mengikuti protokol kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
Misalnya anak masuk sekolah pun, dimulai dari yang remaja dulu (SMA) yang lebih bisa mengendalikan emosi dan mempunyai logika jadi itu bertahap betul-betul," jelas Kak Seto.
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR