Nakita.id - Sate kambing merupakan salah satu menu khas Indonesia yang mudah ditemukan di mana pun.
Tak hanya enak, sate kambing juga dianggap sebagai makanan khusus yang harus disediakan dalam suatu perayaan baik pesta maupun kumpul kepuarga.
Sayangnya, sate kambing yang dianggap dapat menyebabkan darah tinggi ini dihindari banyak orang.
Padahal sate kambing bisa bermanfaat dan tak menyebabkan darah tinggi bila diolahnya dengan benar lho Moms.
Mengutip dari Kompas.com, ada cara tersendiri mengolah daging kambing agar tak menyebabkan darah tinggi.
Sebenarnya, banyak sekali pilihan mengolah daging kambing di antaranya sate bakar, tongseng, tengkleng, semur dan sebagainya.
Bahkan, mengonsumsi daging kambing memicu darah tinggi hanyalah sebuah mitos yang selama ini beredar di masyarakat.
Melansir dari Kompas.com, Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr Johanes Chandrawinata, SpGK, mengatakan, datangnya penyakit darah tinggi saat mengonsumsi daging kambing hanyalah mitos.
Menurutnya, mengunyah satu kilogram daging kambing pun tak akan menyebabkan seseorang mengalami darah tinggi.
"Kambing cukup sehat asal dagingnya saja, bukan dibarengi dengan jeroan, babat, otak, dan usus," kata Johanes.
Bahkan menurut penelitian, daging kambing memiliki manfaat baik dibandingkan dengan daging sapi karena kandungan lemak dan kolesterolnya lebih rendah.
Dalam takaran 100 gram, lemak daging kambing hanya 3,03 gram dan daging sapi 7,72 gram.
Kolesterol daging kambing juga sedikit lebih rendah, yakni 75 miligram dan kolesterol daging sapi 80 miligram.
Selain itu, daging kambing juga mengandung lebih banyak zat besi yakni 3,73 gram dan daging sapi hanya 2,24 miligram.
Kemudian, kandungan seng (zinc) pada daging kambing sebesar 5,27 miligram dan daging sapi 4,61 miligram.
Melainkan cara masaknya yang harus diperhatikan agar tidak menyebabkan darah tinggi dan penyakit lainnya.
Selama ini masyarakat sering menambahkan garam di setiap masakan untuk menghasilkan rasa gurih.
Padahal penambahan garam yang berlibahan pada masakan bisa mengakibatkan hipertensi.
Di sisi lain, masih banyak bahan rempah-rempah tanah Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan rasa gurih.
Salah satunya penggunaan kemiri pada masakan agar terasa gurih.
Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Intitut Pertanian Bogor Profesor Dr Ir Ali Khomsan mengatakan rasa gurih juga bisa diperoleh dari penggunaan lemak.
Ia juga mengatakan penambahan garam di setiap masakan sebenarnya hal yang tidak perlu dilakukan terus menerus.
Tak hanya ketika memasak daging, tetapi juga masakan lainnya seperti, sop, menggoreng kentang atau tumis.
"Kalau dikatakan garam bermanfaat karena untuk iodium yang diinginkan oleh tubuh itu benar, tapi kita juga harus mewaspadai garam, maka kita harus biasakan dalam keluarga kita konsumsi garam dalam jumlah wajar," jelasnya dikutip dari Kompas.com.
Semua tubuh manusia membutuhkan asupan garam sekitar 3-5 gram per hari.
Jika dalam tubuh manusia menerima garam lebih dari batas maksimal tersebut sangat perlu waspada.
Johanes pun juga membenarkan jika cara memasak daging yang sembaranganlah mengakibatkan penyakit.
Ia menyarankan agar tidak membakar daging kambing hingga gosong.
Saat proses pembakaran atau pemanggangan, protein pada daging kambing yang terkena panas tinggi bisa berubah menjadi zat karsinogen.
Meskipun arang yang selama ini disebut sebagai penyebab kanker juga mitos, tetapi memang ada baiknnya untuk tidak terlalu sering mengonsumsi daging panggang atau sate.
Dalam seminggu, cukup satu kali saja mengonsumsi daging panggang agar tidak terserang kanker.
"Kalau makan di-grill itu cukup seminggu sekali. Jangan tiap hari (bisa) bikin kanker," ujar Johanes.
Defisiensi Zat Besi pada Anak Sebabkan Gangguan Perkembangan Kognitif dan Motorik
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR