Nakita.id - Konstipasi pada bayi membuat setiap orangtua yang memiliki buah hati merasa khawatir atau bingung.
Dalam artikel liputan khusus sebelumnya, konstipasi yang sering terjadi pada bayi adalah gangguan buang air besar atau sembelit.
Di sisi lain, buang air besar pada bayi karena diare ini frekuensinya misalnya 3 sampai 5 hari sekali.
Baca Juga: Selain Pemberian Makanan Pendamping Ternyata Hal Ini Juga Menyebabkan Bayi Konstipasi
Kemudian, penyebab konstipasi pada bayi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu organik (berkaitan dengan organ) dan fungsional (biasanya karena trauma).
Setelah mengetahui definisi konstipasi dan penyebabnya, ada baiknya Moms dan Dads mengetahui gejala dan penanganannya.
Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenterologi Hepatologi yang berpraktik di RS Pondok Indah - Pondok Indah, menjelaskan gejala konstipasi pada bayi.
Gejala bayi yang konstipasi
"Kalau bayi setiap hari atau dua hari sekali (buang air besar) tapi bentuknya keras besar atau seperti kerikil itu konstipasi," jelas dokter Muzal.
Sedangkan dr. Reza Abdussalam, Sp.A, Dokter Spesialis Anak yang berpraktik di RSIA Brawijaya Antasari menjelaskan gejala konstipasi pada bayi bisa dilihat dari Bristol Stool Chart dan Rome IV.
"Pertama, melihat Bristol Stool Chart, ada tipe feses 1-7 di mana kejadian yang namanya konstipasi biasanya 1 dan 2 dengan frekuensi sekitar dua kali atau tiga kali selama 1 minggu.
Kedua, menurut kriteria Rome IV bahwa dalam satu bulan itu menunjukkan dua atau lebih gejala di mana hanya BAB 2 kali atau kurang dalam seminggu.
Kemudian ada riwayat retensi feses yang berlebihan, riwayat mengejan yang sulit, dan ada massa yang besar di dekat anus, dan ada riwayat feses yang besar," papar dokter Reza.
Setelah mengetahui gejala konstipasi pada bayi, ada baiknya Moms dan Dads mengetahui cara penanganannya.
Cara penanganan konstipasi pada bayi
"Jadi kita bagi dulu, bayi atau anak. Konstipasi ini sebenarnya lebih sering terjadi pada anak 4 tahun ke atas," jelas dokter Muzal.
Namun bila diare terjadi pada bayi mulainya makanan padat pertama perlu diperhatikan agar tidak berkelanjutan menjadi trauma.
"Apabila dimulainya pada makanan padat pertama tentunya kita mesti ada intervensi supaya tidak berkelanjutan menjadi trauma.
Misalnya pada waktu pemberian makan padat, makanan yang kira-kira menjadikan feses keras itu jangan diberikan lagi," jelas dokter Muzal.
Sedangkan, dokter Reza menyarankan Moms untuk memberikan cairan pada bayi yang mengalami konstipasi.
"Yang pertama paling penting, namanya feses berhubungan sama cairan, kenapa fesesnya keras karena cairan kurang.
Jadi kalau bisa penuhi kebutuhan cairan sesuai dengan berat badan anak, kedua, jika perlu perbanyak serat dan jika perlu juga lakukan yang namanya pijat di daerah perut," papar dokter Reza.
Di sisi lain, dr. Imelda Pingkan M, Sp.A, Dokter Anak yang berpraktik di Columbia Asia Hospital Pulomas menjelaskan penanganan konstipasi bayi di rumah sakit.
"Biasanya evakuasi dilakukan dengan cara pemberian klisma atau enema dengan gliserin yang biasanya dilakukan di rumah sakit," ucap dokter Pingkan.
"Tindakan lain adalah kita membiasakan dengan adanya toilet training, berikan sayur dan buah, dan berikan susu dengan takaran sesuai.
Toilet training ini sebenarnya kapan sih? Di mulai paling dini pada usia 18 bulan hingga 3 tahun.
Toilet training ini dilakukan dengan cara anak diminta duduk sebentar 3 sampai 5 menit di toilet.
Atau kita tahu ada toilet mainan bisa meminta anak dibiarkan main di situ, diletakkan selama 15 menit setelah makan pagi atau siang.
Sebenarnya tujuan toilet training tidak memaksa anak untuk harus BAB saat itu karena malah membuat anak stres.
Yang penting proses toilet training ini adalah anak bisa duduk sebentar dan dilakukan setiap hari," tambahnya.
Baca Juga: Jangan Sampai Kecolongan, Berikut Tanda-tanda Bayi Susah BAB yang Harus Moms Tahu
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR