Hasil penelitiaan menunjukan bahwa, partisipan yang mengonsumsi telur dalam jumlah banyak memiliki aktivitas fisik yang sangat kurang dibanding mereka yang lebih sedikit mengonsumsi telur.
Partisipan tersebut juga memiliki angka kolesterol lebih tinggi karena telah mengonsumsi lemak dan protein hewani secara berlebihan.
Selain itu, dalam studi yang dilakukan University of South Australia tahun 2009, menyatakan bahwa semua efek di atas risikonya lebih tinggi terjadi pada wanita ketimbang pria.
Juga diketahui ada risiko terjadinya oksidasi dan peradangan yang berasal dari choline, senyawa yang terkandung dalam kuning telur.
Reaksi tersebut mengganggu penyerapan karbohidrat yang ada dalam putih telur.
Padahal, sebperti yang dikatakan Shaival Chandalia, dokter spesialis endokrin dari Rumah Sakit Bhatia Mumbai, putih telur dinilai baik untuk kesehatan karena merupakan sumber protein.
Meski begitu, Chandlia menyatakan bahwa ia belum menemukan kaitan erat dari kebiasaan mengonsumsi telur dengan meningkatnya peluang terkena diebetes tipe 2.
Kolesterol dalam telur tak serta merta bisa meningkatkan kolesterol dalam darah seperti sumber makanan lain yang kaya akan lemak jenuh.
"Namun jika telur dikonsumsi bersama mentega, minyak atau keju, barulah akan muncul potensi kenaikan kolesterol dan berat badan." kata Chandalia.
"Dan kenaikan berat badanlah yang bisa meningkatkan peluang terkena diabetes," sambungnya.
Lebih lanjut ia menyarankan, cara yang paling aman untuk mengonsumsi telur adalah dengan cara direbus dan dibumbui pakai garam dan merica saja.
Hindari mengonsumsi telur bersama mentega dan keju, terutama jika kita sudah memiliki penyakit diabates.
Artikel ini telah tayang di Kompas dengan judul
Benarkah Mengonsumsi Telur Setiap Hari Meningkatkan Risiko Diabetes?
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR