Nakita.id - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai dilakukan.
Di DKI Jakarta sendiri, beberapa sekolah telah menerapkan PTM 100 persen sejak Senin (3/1/2022) lalu.
Para peserta didik mulai bersekolah dari hari Senin-Jumat.
Jumlah peserta didik dilakukan secara 100 persen dari kapasitas ruang kelas.
Ketentuan PTM di masa pandemi Covid-19 telah diatur oleh pemerintah dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri terbaru.
Sekolah kini diperbolehkan untuk melaksanakan PTM terbatas jika berada di wilayah dengan PPKM level 1, 2, dan 3.
Siswa-siswi dapat bersekolah dengan waktu paling banyak 6 jam pelajaran.
PTM 100 persen merupakan langkah pemerintah untuk meminimalisir berkurangnya rasa semangat siswa dalam belajar.
Terlebih, sudah hampir dua tahun anak belajar dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang khawatir menimbulkan rasa bosan.
PJJ sebagai metode pembelajaran yang dilakukan selama masa pandemi memang masih menyimpan banyak kendala.
Tetapi, hal itu harus dilakukan demi memutus mata penyebaran virus Corona yang khawatir terjadi di lingkungan sekolah.
Apalagi, anak-anak termasuk ke dalam golongan yang rentan terpapar virus Covid-19.
Dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Rabu (5/10/2021), Roslina Verauli, M.Psi., Psi. Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Keluarga yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah ini memaparkan, jika PJJ memberikan dampak yang berbeda-beda kepada setiap anak.
Namun, menurut Vera, dirinya mengacu pada sebuah penelitian yang membuktikan bahwa PJJ dinilai lebih efisien dalam minat anak untuk belajar.
"Hasilnya bervariasi. Namun, salah satu data yang saya acu menemukan bahwa tingkat kepuasan anak saat belajar online itu tinggi. Tetapi, perlu direview lagi apakah anak-anak ini familiar dengan internet atau efisien dalam belajar," ucap Vera.
Penerapan pembelajaran daring diakui dapat memberikan manfaat, khususnya bagi anak-anak yang merasa sulit berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Kesulitan anak dalam bersosialisasi di dalam lingkungan pendidikan membuat PJJ dianggap masih ideal dan efektif untuk dilaksanakan di Indonesia.
Vera menyatakan PJJ dirasa aman untuk anak-anak yang mungkin pernah mendapatkan bullying di lingkungan sekolah.
Sehingga, mereka merasa lebih aman dan nyaman dengan PJJ, meskipun tidak bisa berinteraksi secara langsung antara guru dengan murid.
"Pada anak-anak yang punya kendala pada saat offline learning dalam membangun relasi dengan teman-teman, bahkan jadi korban bullying yang menurut mereka online sangat menyenangkan," ujar Vera.
Tetapi, PTM juga memiliki manfaatnya tersendiri untuk tumbuh kembang anak dalam dunia pendidikan.
Vera menyebut sarana prasana di sekolah jauh lebih menunjang kegiatan pembelajaran anak.
Dengan belajar di sekolah anak bisa mendapatkan ilmu yang jauh lebih optimal dibanding di rumah yang dinilai kurang kondusif.
"Kalau dalam PTM ruangan kelas memang di desain untuk belajar. Di dalam ruang kelas kenyamanannya, cahaya, bahkan tempelan di dinding yang terkait kegiatan belajar itu ada. Tidak semua anak yang ikut belajar online memiliki setting rumah yang benar-benar kondusif untuk belajar," imbuhnya.
Namun, Vera menegaskan dengan mempertimbangkan segala kondisi di Indonesia PTM lebih baik dibandingkan PJJ.
"Kalau kita lihat mana yang lebih menarik, mana yang lebih bikin semangat, tentu saat ini mengingat kondisi demografi di Indonesia yang bervariasi maka pilihan PTM jauh lebih baik," pungkas Vera.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR