Nakita.id - Moms, tantangan-tantangan para ibu di masa pandemi Covid-19 ini tentunya semakin besar.
Khususnya, peran utama mereka di dalam keluarga, mulai dari mengasuh anak dan mendampingi suami.
Oleh karena itu, banyak para Moms yang kesehatan mentalnya mulai terganggu.
Hal ini membuat mereka tidak bisa menjalankan peran pengasuhan anak dengan baik dan optimal.
Rohika Kurniadi Sari, SH., M.Si, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, menyebutkan apa saja tantangan ibu di masa pandemi.
"Tantangan globalisasi dan pandemi ini memang enggak bisa kita prediksi sebelumnya, sekarang sangat kompleks dan lebih sulit lagi," katanya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Senin (7/3/2022).
Dijelaskan oleh Rohika, pandemi membuat pembagian waktu yang sudah tertata rapi jadi sedikit berubah.
Perubahan yang kecil ini ternyata bisa memberikan dampak besar dalam kehidupan satu keluarga.
"Dulu anak di sekolah 8 jam dan ibu di rumah 8 jam, sekarang semuanya 24 jam ada di rumah dan kondisi ini bisa memengaruhi pola pengasuhan," kata Rohika.
Melihat dari fenomena yang banyak terjadi di masyarakat, Rohika menyayangkan banyak keluarga yang tidak menerapkan isu kesetaraan dengan baik.
"Karena tidak adanya isu kesetaraan dengan baik, akhirnya peran ibu dilupakan dan kesalahan-kesalahan dilimpahkan pada seorang ibu," katanya.
"Kalau ada apa-apa dengan anak yang salah mendidiknya ibu, kalau sekolahnya nggak pinter ibu juga yang disalahkan," lanjutnya.
"Karena peran ibu tidak terbangun dengan bagus di dalam keluarga, ditambah adanya masalah kesetaraan, akhirnya ketika terjadi sesuatu pada anak ibu yang disalahkan," kata Rohika.
Disamping itu, fenomena selanjutnya banyak perempuan yang belum siap mengemban peran sebagai seorang ibu dalam keluarga.
"Di masa pandemi ini banyak anak yang dipaksa orang tuanya untuk segera menikah saja," kata Rohika.
"Banyak sekali ibu yang menikah pada usia dini, padahal masih anak-anak tapi sudah dihadapkan dengan tugas sebagai ibu," lanjutnya.
Rohika mengatakan, hal ini bisa memengaruhi kondisi mental baik untuk ibu dan anaknya.
Banyak ibu memang belum siap untuk mengemban peran sebagai ibu dari seorang anak.
Selain itu, ditambah tantangan yang terjadi selama pandemi.
Misalnya, dari segi sosial dengan isu kesetaraan gender dan masalah ekonomi untuk masyarakat menengah ke bawah.
"Ini yang menjadi polemik, semakin banyak ibu yang terganggu kesehatan mentalnya dan depresinya jadi dobel," kata Rohika.
Lebih lanjut, ia memaparkan, sering kali kita mendengar banyak kasus-kasus kekerasan yang terjadi dalam keluarga.
"Fakta-fakta di lapangan yang terjadi, anak-anak yang harusnya dilindungi dalam keluarga justru didapati mendapat kekerasan dari orang terdekatnya," ujarnya.
"Banyak sekali hal-hal yang menjadi perhatian kita bersama di masa pandemi in, semoga menjadi pelajaran yang harus kita sikapi," sambungnya.
Terakhir, Rohika menekankan pentingnya peran keluarga untuk bekerja sama membantu ibu menghadapi tantangan sebagai ibu dan tantangan yang terjadi selama pandemi.
"Penguatan keluarga sejak awal untuk menjaga kesehatan mental ibu ini penting sekali," tutupnya.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR