Nakita.id - Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting bahkan wajib didapat untuk semua kalangan.
Terlebih, pendidikan menjadi salah satu faktor terpenting untuk kemajuan seorang anak di masa depan.
Selain pendidikan, pola asuh yang baik sejak dini tentu juga sangat diperlukan.
Tujuannya untuk membantu anak meraih masa depannya yang lebih cemerlang.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan pada anak.
Sama seperti yang dilakukan Juliana, ibu dua anak.
Anak pertamanya, yang bersekolah di SMK jurusan animasi, sebentar lagi akan menempuh jenjang kuliah. Sedangkan, anak keduanya masih di kelas 5 SD.
Menurut pengakuan Juliana, anak keduanya bisa dibilang agak rumit.
"Pelajaran sekolah itu kan banyak hafalan, sedangkan anak yang kedua ini kurang suka belajar sebenarnya. Khususnya hafalan," cerita Juliana saat dihubungi Nakita pada Senin (15/5/2023).
"Dia hanya tertarik matematika yang enggak ada hafalan. Disuruh main pianika justru suka dia," lanjutnya bercerita.
Oleh karena kesulitannya itu, Juliana mau tidak mau harus menciptakan suasana belajar agar anak tertarik.
"Misalnya, anak ada ujian besok. Anak mau belajar jam berapa? Terus saat belajar, aku kasih suasana tenang dan enggak boleh ganggu. Kita juga kasih kamar buat dia belajar," sebut Juliana.
"Kalau untuk materi, tanya juga butuh menghafal berapa lama. Misal, butuh hafalin 20 menit terus nanti diuji," lanjutnya.
Jadi, sebagai orangtua, Juliana perlu banyak bertanya pada anak tentang apa yang dia inginkan.
"Soalnya kalau dia enggak mau belajar, itu enggak akan bisa masuk ke otak," ucapnya tegas.
Akan tetapi, pengecualian untuk pelajaran yang anak keduanya sukai, dimana proses menghafal berlangsung cepat.
Sementara itu, jika pelajaran susah, maka dibutuhkan alat peraga sekaligus penjelasan.
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Juliana menyediakan alat peraga apabila pelajaran dirasa sulit bagi anak.
"Saya sediakan benar-benar. Kalau matematikan, hitung volume itu pakai lego alat peraganya. Jadi ya, seputar alat rumah tangga," sebutnya.
Juliana bahkan menyebut bahwa anak keduanya ini merupakan tipe visual (melihat) dan mendengar.
Sehingga, baik memperlihatkan maupun menjelaskan secara langsung harus dilakukan bersamaan agar anak bisa paham.
"Terus kalau untuk hafalan, kita biasanya putarkan video di YouTube atau Google untuk menjelaskan peristiwa," kata Juliana.
"Aku kasih lihat dia nonton, baru aku jelasin," lanjutnya.
Tak hanya itu. Juliana juga senang ketika tahu bahwa di sekolah tempat anak keduanya mengenyam pendidikan memiliki aktivitas study tour.
"Aku suka kalau sekolah ada kegiatan-kegiatan visual bukan hanya teori. Contohnya kaya tur keliling kota Tangerang, terus mereka pergi ke taman atau tempat-tempat di Tangerang yang bahkan saya saja tidak tahu," ungkapnya.
"Jadi, harus benar-benar diikutsertakan atau dilibatkan dalam aktivitas sehari-hari," lanjutnya.
Harapannya, lanjut Juliana, agar anak semakin bagus daya tangkapnya seiring waktu.
Menurut Juliana, pendidikan adalah hal yang menempati urutan pertama.
"Pendidikan itu nomor satu. Hanya itu bekal yang bisa saya kasih," ucapnya dengan tegas.
"Selanjutnya, anak bisa kembangkan dasar-dasar pendidikan tersebut. Dari TK, SD, SMP, SMA, hingga kuliah. Bersyukur masih punya kesempatan," lanjutnya.
Juliana bahkan berpendapat, jika seorang anak tidak mendapat pendidikan dari sekolah yang mendasar, cara berpikir anak tersebut nantinya kurang meluas.
"Jadi, sekolah itu rangsangan awal untuk berkembang. Jadi nanti kuliah maupun kerja itu semakin berkembang," ungkapnya.
"Pendidikan enggak hanya sampai di situ. Sampai dewasa pun masih dapat pendidikan," lanjutnya.
Selain pendidikan secara akademis, Juliana juga menekankan pentingnya pendidikan moral pada anak sejak dini.
"Kalau anak yang kedua ini anaknya jujur," sebut Juliana.
"Apa yang guru omongkan di sekolah itu diterapkan di rumah. Jadi, dia dengar kata-kata gurunya di sekolah," lanjutnya.
Selain itu, tambahnya lagi, jika ada seorang yang cacat fisik atau mental itu tidak boleh diejek.
"Aku enggak nakut-nakutin dia dan membiarkan dia bergaul dengan siapa saja," jelasnya.
"Ngomong kasar atau kotor juga enggak boleh, nanti masuk neraka kalau kata guru agamanya," tambahnya lagi.
Jadi, bagi Juliana, pendidikan moral yang didapat anak keduanya di sekolah itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga artikel diatas bermanfaat ya, Moms dan Dads.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR