Nakita.id - Setiap orangtua tentu menginginkan tumbuh kembang anaknya menjadi optimal.
Untuk mendukung tumbuh kembang anak, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menyusui atau memberikan ASI.
Pemberian ASI ini sangat penting untuk mencegah masalah tumbuh kembang pada 1000 HPK (hari pertama kehidupan) seperti stunting salah satunya.
Sehingga, semua orangtua di Indonesia bisa melahirkan Generasi Emas di tahun 2045 nanti.
Agar informasi terkait pentingnya aktivitas menyusui ini dapat sampai ke orangtua, peran dokter laktasi salah satunya sangat dibutuhkan. Seperti dr. Ameetha Drupadi, CIMI.
Pastinya Moms dan Dads di sini penasaran kan apa yang membuat dokter laktasi ini termotivasi memberikan edukasi terkait menyusui untuk para ibu menyusui di Indonesia, juga beberapa kontribusi yang telah dilakukan beliau.
Tanpa berlama-lama, langsung saja simak perjalanan dr. Ameetha Drupadi, CIMI sebagai dokter laktasi berikut ini.
dr. Ameetha menyampaikan bahwa dirinya sudah berkecimpung di dunia laktasi sejak tahun 2011.
"Awal ceritanya itu ketika saya menyelesaikan profesi dokter umum. Awalnya, saya itu sangat berniat ingin melanjutkan ke spesialisasi sebagai dokter obgyn atau dokter kandungan," ungkap dr. Ameetha saat ditanyai Nakita, Rabu (5/7/2023).
"Namun, keputusan saya menikah saat itu justru menjadi titik balik dalam hidup saya. Saat bayi saya yang pertama (laki-laki) lahir dan menghiasi hari-hari saya bersama suami," lanjutnya menceritakan.
Menurut dr. Ameetha, merawat bayi itu adalah tantangan tersendiri meski dirinya adalah seorang dokter. Termasuk, tentang cara menyusui bayi yang baik dan benar.
Baca Juga: Rekomendasi Vitamin Ibu Menyusui Supaya Bayi Gemuk dan Sehat
"Dari situlah saya mulai berpikir untuk mempelajari ilmu laktasi lebih dalam, agar ibu-ibu di Indonesia juga sadar pentingnya ASI dan bisa menyusui dengan baik," ujar dr. Ameetha.
dr. Ameetha menekankan bahwa menyusui itu sangat penting untuk tumbuh kembang anak.
"ASI eksklusif atau pemberian ASI saat menyusui itu sangat penting sekali untuk tumbuh kembang bayi, karena kandungan nutrisi ASI itu sudah disesuaikan dengan kebutuhan bayi sejak bayi lahir," terangnya.
Sebagai informasi, setelah bayi lahir, ASI yang keluar masih berupa kolostrum dimana isi antibodinya lebih banyak dan lebih dibutuhkan oleh bayi baru lahir.
Ketika bayi berusia 3-5 hari, ASI mengalami peralihan ke ASI mature.
Warnanya pun berubah dari kekuningan (kolostrum) menjadi agak putih kemudian putih sepenuhnya.
Selain itu, sesi awal di ASI mature dinamakan foremilk yang isinya lebih untuk melepas dahaga dan memenuhi kebutuhan cairan bayi.
Sementara sesi akhir di ASI mature dinamakan hindmilk, yang isinya lebih banyak kandungan lemaknya untuk mengenyangkan sekaligus meningkatkan berat badan bayi.
dr. Ameetha mengatakan bahwa stunting itu pada dasarnya adalah kekurangan gizi yang nanti akan berdampak pada tinggi badan anak.
"Nah dengan ASI ini, anak itu akan terlindungi dari stunting ya. Tentunya harus diberikan pembekalan ilmu untuk orangtuanya, karena pemberian ASI itu kan banyak. Dari teknik pemberiannya, posisi dan pelekatan menyusuinya, kemudian juga bagaimana sih kalau nanti orangtuanya bekerja, pemberian ke bayi bagaimana yang benar. Agar bayi tetap dapat ASI dan juga, ibu bisa menyusui hingga bayi berusia dua tahun," katanya menjelaskan.
Baca Juga: Benarkah Ada Dampak Buruk Saat Ibu Menyusui Makan Pedas? Simak Faktanya
"Nah, ini perlu sekali ilmu-ilmu atau informasi-informasi yang harus disampaikan kepada semua orangtua yang memiliki bayi baru lahir," ucap dr. Ameetha tegas.
Menurut dr. Ameetha, menyusui dapat merangsang kontraksi rahim ibu ketika baru lahir.
"Ketika baru lahir kan rahim besar. Nah, ketika dia menyusui, kontraksinya bagus. Nah, rahim itu cepat mengecil sehingga mencegah terjadinya pendarahan pasca melahirkan," terangnya.
dr. Ameetha juga mengatakan bahwa menyusui juga dapat membuat ibu lebih cantik.
"Karena ketika menyusui, satu sesi menyusui hingga bayi kenyang itu ibu akan terbakar kalorinya sekitar tiga ratus kalori ya. Jadi, ibu akan lebih cepat langsing akan lebih cepat cantik gitu ya," jelasnya.
"Nah tentunya, memang nutrisi atau asupan ibu juga harus dijaga ya. Jadi memang ibu juga dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi sesuai dengan gizi seimbang, agar kebutuhan nutrisi ibu untuk tubuhnya tercukupi dan juga untuk ASI-nya," lanjutnya menjelaskan.
dr. Ameetha juga menyampaikan bahwa menyusui juga bisa menjadi KB alami.
Namun, ada syarat yang harus dipenuhi yakni memberikan ASI eksklusif di enam bulan pertama kehidupan bayi, dan harus menyusu langsung ke ibunya.
Manfaat yang terakhir adalah untuk membentuk bonding (ikatan batin) ibu dan anak, sehingga ibu yang menyusui bayinya merasa lebih percaya diri untuk merawatnya.
"Ibu akan lebih percaya diri akan mencegah terjadinya baby blues, bahkan depresi pasca melahirkan itu bisa tercegah jika ibu menyusui bayinya dengan perasaan senang gitu ya," ungkap dr. Ameetha.
"Karena, menyusui itu kan ada dua hormon ada prolaktin dan oksitosin. Prolaktin itu yang memproduksi ASI, sehingga ASI berproduksi. Oksitosin itu adalah yang mengeluarkan ASI atau kita sebut dengan hormon cinta, hormon senang," lanjutnya.
Baca Juga: Selain Makanan, Berikut Vitamin Penambah Berat Badan Ibu Menyusui yang Harus Diketahui
Sudah ada beberapa kontribus yang dilakukan oleh dokter laktasi ini.
Salah satunya adalah mengedukasi para ibu hamil saat usia kandungannya mencapai 28 minggu mengenai pentingnya menyusui.
"Nah ketika saya mengedukasi ibu ini sejak hamil, saya mengharapkan ibu yang datang ke saya ini bersama suaminya, orangtuanya, atau mertuanya, dan juga support system yang ada di rumah. Karena, keberhasilan menyusui ini tidak hanya beban si ibu tetapi ini harus didukung atau di-support oleh support system di rumah. Paling utama itu adalah suami, orangtua, atau mertua," ujar dr. Ameetha.
Bahkan jika perlu, dirinya juga meminta ibu hamil tersebut untuk mengajak pengasuh atau baby sitter-nya agar juga dapat edukasi penting ini.
Selain itu, dirinya juga menjalankan tujuh kontak laktasi sesuai anjuran dari WHO.
Tujuh kontak laktasi ini mulai dijalankan dari usia kandungan 28 minggu hingga bayi berusia 3 bulan.
"Biasanya saya suka tambah lagi di kontak sebelum mulai MPASI. Jadi, usia 5-6 bulan kurang gitu, ibu sudah konsul lagi untuk diedukasi tentang pemberian MPASI yang benar. Bagaimana cara membuatnya, bagaimana menyiapkannya, bagaimana tekstur dan juga porsinya, frekuensi tekstur, jadwal makan. Itu diedukasi dulu sebelum bayinya mulai MPASI," kata dr. Ameetha.
"Jadi, kita benar-benar mendampingi dari sejak baru lahir hingga sudah mulai makan, agar berhasil pemberiannya sehingga tumbuh kembang bayi bagus atau baik dan tercegah dari stunting," harapnya.
Selain itu, dr. Ameetha juga memiliki komunitas Pejuang ASI Indonesia yang membuat rangkaian edukasi terkait laktasi sekaligus MPASI.
Rangkaian edukasi ini diberikan dalam acara offline dan online, hingga media sosial dr. Ameetha sendiri.
Mulai dari WhatsApp, Instagram, TikTok, Facebook, hingga YouTube.
Baca Juga: Mitos dan Fakta Makanan Penyebab ASI Seret, Ibu Menyusui Wajib Tahu!
Bahkan, dr. Ameetha juga bersedia menjawab semua pertanyaan atau keluhan pasien terkait kegiatan menyusui.
"Saya juga biasanya memberikan nomor handphone, nomor WhatsApp saya jika pasien ada pertanyaan supaya pasien tidak bingung dengan pemberitaan di luar sana," ujarnya.
dr. Ameetha tentunya berharap agar kedepannya bisa terus mengedukasi laktasi, MPASI, serta tumbuh kembang anak sehingga dapat membangun Generasi Emas untuk Indonesia.
"Karena, Generasi Emas ini dibangun dari ibu yang sehat. Ibu yang sehat menghasilkan ASI yang sehat juga. ASI yang sehat diminum oleh bayi. Bayinya sehat juga sehingga terbentuklah Generasi Emas," terangnya.
"Jadi, memang harapannya itu luar biasa ya. Kita ingin negara kita ini lebih maju, lebih berkembang, dan generasi kita lebih emas ya tentunya dengan asupan nutrisi awal yang paling penting yaitu ASI," ucapnya dengan tegas.
dr. Ameetha juga berharap agar para ibu menyusui di seluruh Indonesia tetap menyusui bayinya dan bayi bisa menyusu langsung ke ibunya.
Tujuannya agar kedua pihak bisa mendapat manfaat yang luar biasa.
Yakni, sebagai nutrisi tumbuh kembang, tercegah dari stunting, juga terbentuk bonding dan attachment emosional yang lebih baik.
"Juga, hubungan antar keluarga antara ibu, suami, dan orangtua kan karena support system. Otomatis akan lebih baik," ujar dr. Ameetha.
"Nah, ketika baik ini akan menjadi momentum ke depannya. Anak-anak kita menjadi Generasi Emas bagi bangsa Indonesia," tutupnya.
Jadi, jangan sampai Moms dan Dads lewatkan aktivitas menyusui untuk Si Kecil sejak dini ya.
Baca Juga: Cara Tepat Membersihkan Payudara Saat Hamil Agar Siap Menyusui
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR