Nakita.id - Lagi-lagi kasus perselingkuhan ramai menjadi perbincangan publik.
Pasalnya baru-baru ini sebuah kasus perselingkuhan lain tiba-tiba viral di akun media sosial instagram.
Dalam video tersebut, terlihat seorang ibu melakukan kekerasan fisik pada anaknya sendiri hingga berdarah-darah lantaran sang suami yang selingkuh dan jarang pulang.
Tak hanya melakukan kekerasan fisik, sang ibu pun tak ragu mengatakan bahwa akan membunuh anaknya sendiri bila sang suami tak kunjung pulang.
"Kalau pilih Yeni atau Kemso? Kalau tidak, Kemso akan mati," ancamnya di media sosial.
BACA JUGA: Ziarah ke Pusara Putri Diana yang Asri dan Cantik di Tengah Danau
Melihat kasus ini, Ajeng Raviando seorang Psikolog Anak dan Keluarga mengaku sangat memahami gejolak emosi luar biasa yang dialami oleh sang ibu.
Sebab menurutnya tak ada perselingkuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit dan emosi.
Namun, ia menegaskan bahwa melampiaskan emosi dengan menyakiti anak bukanlah sesuatu yang dibenarkan.
"Perlu disadari bahwa perselingkuhan terjadi terkait sama pasangan, bukan sama anak. Sangat disayangkan bila dia melampiaskan hal itu pada orang lain, terutama pada anak.
Kalau aku melihatnya si ibu ini belum siap untuk menjadi ibu, karena kita sebagai orangtua yang seharusnya berperan dalam menjaga dan melindungi anak, tetapi dia melukai anaknya sendiri," tegas Ajeng saat diwawancarai via telefon oleh Nakita.id, Jumat (24/5).
Agar kasus serupa tak terjadi kembali, Ajeng pun memberikan cara mengelola emosi yang tepat saat mengetahui pasangan berselingkuh.
BACA JUGA: Cara Mudah Kupas Buah Nangka Tanpa Lengket di Tangan, Hanya 2 Menit!
"Saat seseorang diselingkuhi, pasti muncul rasa sakit dan emosi yang luar biasa. Tetapi perlu diingat bahwa perselingkuhan terjadi bagaimana pun individu harus mengatasinya.
Dengan cara apa? Tentu saja dengan cara kelola emosi yang tepat dan tidak dengan menyakiti orang lain, termasuk anak," tegas Ajeng.
Adapun yang dimaksud dengan cara kelola emosi yang tepat menurut Ajeng ialah sebagai berikut.
Komunikasi dengan pasangan
Saat perselingkuhan terjadi, Ajeng menyarankan setiap pasangan untuk melakukan komunikasi terlebih dahulu.
"Sangat dipahami kalau kepercayaan yang sudah diberikan kepada pasangan lalu diselewengkan membuat pasangan menjadi punya gejolak emosi yang kadang tidak tertahankan sehingga komunikasi pun tidak berjalan maksimal.
Namun komunikasi sangat penting karena kan kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, belum tentu apa yang kita pikirkan sama dengan kenyataannya. Untuk itu komunikasi dibutuhkan," jelas Ajeng.
Pahami tahapan emosi
Saat seseorang emosi, ada beberapa tahap yang akan terjadi.
Tahapan ini sangat penting dipahami untuk membantu individu dapat mengelola emosinya dengan tepat.
Ajeng menjelaskan bahwa tahapan emosi pertama ialah tahapan penolakan.
Dimana dalam tahapan ini individu berusaha 'melindungi' diri dari kemungkinan perselingkuhan agar terhindar dari luka yang dalam.
"Saat mengetahui adanya kemungkinan perselingkuhan pasti akan ada rasa 'aduh gak mungkin', 'kok bisa?', 'kenapa?, banyak sekali hal-hal yang rasanya ingin ditolak. Ini memang mekanisme dalam tubuh seseorang untuk menghindari dari luka yang dalam," ungkapnya.
BACA JUGA: Jelang Menikah Meghan Markle Facial $300, Moms Juga Bisa Coba di Rumah
Setelah melewati tahap penolakan, seseorang akan memasuki tahap kemarahan.
Tahap inilah yang cukup berbahaya bila dibiarkan secara terus menerus.
Sebab Ajeng mengatakan bahwa dalam tahap ini biasanya korban akan mulai memaki-maki pasangan, menangis luar biasa, marah pada selingkuhan, hingga melakukan kekerasan fisik pada pasangan.
"Biasanya dalam tahap ini korban akan melakukan kekerasan fisik pada pasangan. Namun bila menyakiti anak seperti yang terjadi dalam video, berarti kondisi emosi sang ibu tidak stabil dan secara psikologis bisa jadi ada gangguan psikologis," tuturnya.
Tahap tawar menawar atau negosiasi.
"Bila seseorang menyadari bahwa kondisi perkawinannya sedang dalam masa krisis biasanya dia akan melakukan tawar menawar," ujarnya.
Tawar menawar dapat dikatakan positif bila pasangan sama-sama berjanji untuk berubah, jika memang benar bahwa perselingkuhan itu terjadi akibat sifat kurang baik dari masing-masing individu.
BACA JUGA: Bolehkah Langsung Tidur Lagi Setelah Sahur? Berikut Penjelasan Ahli
Sebaliknya, tawar menawar dikatakan negatif bila cara yang dilakukan salah dan justru membuat salah satu individu mengalami depresi.
"Jika tawar menawar tidak berhasil maka akan muncul depresi. Hal ini akan semakin buruk bila pada akhirnya korban merasa bahwa dialah yang salah dalam hubungan tersebut.
Padahal apapun yang terjadi yang melakukan perselingkuhan lah yang salah karena dia yang melanggar komitmen pernikahan," tegasnya.
BACA JUGA: Syarat Stimulasi Optimal, Kenali Dulu Perkembangan Motorik Si Bayi
Bila tahap tawar menawar berhasil maka tahap paling akhir ialah penerimaan dan pemulihan.
"Pada tahap ini individu sudah bisa bilebih tenang, berpikir, bertindak lebih realistis, dan memandang yang namanya perselingkuhan sebagai sebuah tantangan yang harus ditangani," ujar Ajeng.
"Sayangnya tahapan tahapan tadi tentu berbeda-beda bagi setiap orang. Tidak semua orang bisa cepat masuk dalam tahapan penerimaan dan pemulihan.
Ada yang butuh rentang waktu yang panjang karena rasa sakit hati yang luar biasa sehingga tidak bisa menerima dan terjebak dalam tahap penolakan tadi dengan panjang. Hal inilah yang harus diwaspadai," pungkasnya. (*)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR