Kelompok pertama yaitu perempuan yang sering bangun pagi, kemudian kelompok kedua adalah kelompok menengah yang bangun di antara waktu pagi dan siang hari.
Sementara kelompok ketiga adalah mereka yang tidur larut malam atau punya siklus tidur berlawanan seperti burung hantu.
Hasil dari penelitian ini mengatakan jika para peneliti mendapatkan sebanyak 2.581 kasus depresi berkembang dan 290 di antaranya berada dalam kelompok orang yang tidur larut malam atau siklus tidur seperti burung hantu.
"Ini memberi tahu kita bahwa mungkin ada efek chronotype pada risiko depresi yang tidak didorong oleh faktor lingkungan dan gaya hidup," kata penulis utama Celine Vetter.
BACA JUGA: Hati-Hati Sindrom ‘Binge Eating’, Bisa Berdampak Pada Kegemukan
Vetter pun menambahkan, pola tidur seseorang merupakan faktor risiko independen terjadinya depresi.
Agar Moms terhindar dari perasaan depresi, cobalah untuk tidur lebih awal agar bisa bangun di pagi hari dan mendapatkan paparan cahaya matahari yang banyak.
"Cobalah untuk cukup tidur, olahraga, habiskan waktu di luar, redupkan lampu di malam hari dan cobalah untuk mendapatkan cahaya sebanyak mungkin setiap hari," ujar Vetter. (*)
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | independent.co.uk |
Penulis | : | Finna Prima Handayani |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR