Mereka menunjukkan kebiasaan yang merujuk pada gejala detasemen, kurangnya emosi dan juga kebutuhan pribadi.
“Saya pikir bahwa jika ada satu faktor utama, atau motivasinya berbohong hampir universal. Mereka melakukannya untuk menghindari rasa malu,” ujarnya.
Ia malu mengakui berbagai hal, yang di kalangannya dianggap tabu atau bahkan melakukan, padahal ia berhak dan membutuhkannya.
Sehingga ia memilih untuk mengantongi kebenarannya, dan mengeluarkan jurus kebohongannya.
Mereka merasa bahwa kebohongannya termasuk dalam bagian, ‘berbohong untuk kebaikan’.
Faktanya, sikap tersebut kemudian akan menjadi ganjalan yang berdampak besar bagi hidupnya.
2. Takut hukuman
Pada anak-anak, biasanya mereka memiliki ketakutan terhadap tindakan keras orangtua atau bahkan kemarahan orangtuanya.
Bukan tidak mungkin, suatu hal yang disadari anak-anak merupakan kesalahan justru tetap dilakukan dan akan berdampak buruk.
Untuk menutupinya, mereka akan berbohong pada orangtua mereka, hanya untuk memberi keamanan agar ia tak tersambar kemarahan orangtua.
Karena pada umumnya, orangtua akan memberi hukuman kepada anaknya yang ebrlaku salah.
Anak-anak melakukan hal ini demi untuk menghindari hukuman yang dilakukan orangtuanya.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Medical Daily,Livestrong,parenting |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR