Nakita.id - Anak kurus seringkali diidentikan dengan anak kurang gizi. Padahal kenyataannya belum tentu seperti itu.
Perlu dipahami bahwa setiap bayi yang lahir memiliki berat dan panjang yang berbeda-beda.
Hal ini dapat memperngaruhi pertumbuhan selanjutnya.
Baca Juga : Berat Bayi Tidak Bertambah Artinya Kurang Gizi, Benarkah?
Anak yang kurus belum tentu kurang gizi karena semua tergantung dari pertumbuhannya.
Ada beberapa hal yang perlu Moms perhatikan untuk memastikan apakah anak kurus sehat atau kurus karena kurang gizi.
Baca Juga : Berita Kesehatan: 9 Penyakit Penyebab Telapak Kaki Terasa Panas, Jangan Diabaikan!
Pertama, ukur berat badan (BB) dan tinggi badannya (TB), apakah ideal atau tidak.
Cara mengukut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) anak ialah sebagai berikut:
BB aktual : BB Ideal x 100%
Jika hasilnya di atas 110% berarti anak tergolong gemuk. Jika berkisar 90-110% berarti BB-nya ideal.
Jika hanya 70-89% dikatakan gizi kurang. Nah kalau hasilnya di bawah 70%, termasuk gizi buruk.
Contohnya seperti ini:
BB Andre umur 1 tahun yaitu 10 kg.
Berarti status gizinya adalah 10 : 11,1 x 100% = 90% (dari BB ideal anak laki-laki usia 1 tahun). Artinya Andre termasuk kategori ideal.
Baca Juga : Riset Buktikan 90% Manusia Tidak Tahu Dirinya Mengalami Gangguan Fatal Ini
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, ini adalah berat badan ideal anak usia 1-5 tahun.
Usia | Anak Perempuan | Anak Laki-laki |
1 tahun | 7 - 11,5 kg | 7,7 - 12 kg |
2 tahun | 9 - 14,8 kg | 9,7 - 15,3 kg |
3 tahun | 10,8 - 18,1 kg | 11,3 - 18,3 kg |
4 tahun | 12,3 - 21,5 kg | 12,7 - 21,2 kg |
5 tahun | 13,7 - 24,9 | 13,7 - 24,2 kg |
Berat badan anak yang kurang dari rentang tersebut menandakan berat badan kurang, sehingga anak perlu asupan makan yang lebih banyak lagi untuk memperbaikinya.
Adapun berat badan yang lebih dari rentang tersebut menandakan anak kelebihan berat badan atau obesitas.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali 8 Ciri-Ciri Bayi Sudah Masuk Panggul
Selain berat badan, Moms juga perlu memerhatikan tinggi badan ideal anak.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ini adalah tinggi badan ideal anak usia 1-5 tahun.
Usia | Anak Perempuan | Anak Laki-laki |
1 tahun | 68,9 - 79,2 cm | 71 - 80,5 cm |
2 tahun | 80 - 92,9 cm | 81,7 - 93,9 cm |
3 tahun | 87,4 - 102,7 cm | 88,7 - 103,5 cm |
4 tahun | 94,1 - 111,3 cm | 94,9 - 111,7 cm |
5 tahun | 99,9 - 118,9 cm | 100,7 - 119,2 cm |
Selain mengukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) anak, Moms juga bisa melihat dari tanda-tanda kebiasaan anak.
Anak yang kekurangan gizi biasanya akan memberikan tanda-tanda:
- Kurang nafsu makan atau minat pada makanan atau minuman
- Kelelahan dan mudah tersinggung
- Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
- Selalu merasa dingin
Baca Juga : Zumi Zola Sulit Melihat Karena Diabetes Semakin Parah, Ternyata Begini Kebiasaan Makannya
- Kehilangan lemak, massa otot, dan jaringan tubuh
- Sering sakit dan susah sembuh
- Waktu penyembuhan lebih lama bila mengalami luka
- Risiko komplikasi yang lebih tinggi setelah operasi
- Depresi
Baca Juga : Agar Perkembangan Otak Anak Optimal, Ini Tips Memilih Mainan Ala Dokter Reisa
Dalam kasus yang lebih parah:
- Sulit bernapas
- Kulit menjadi tipis, kering, tidak elastis, pucat, dan dingin
- Pipinya tampak cekung dan mata cekung, karena lemak menghilang dari wajah
- Rambut menjadi kering, jarang, dan mudah rontok
Diagnosis dan pengobatan yang tepat dapat mencegah perkembangan dan komplikasi kekurangan gizi pada anak.
Untuk mencegah kekurangan gizi, Moms bisa mengikuti pedoman gizi seimbang.
Makanan bergizi seimbang yaitu makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah seimbang.
Terdiri atas zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral).
Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting yang terdiri atas karbohidrat sederhana (gula) dan karbohidrat kompleks (beras, jagung kentang, tepung beras, havermut).
Setiap gram karbohidrat memberikan energi 4 kkal. Kecukupan karbohidrat yang dianjurkan sekitar 50-60% dari energi total.
Jumlah ini sebaiknya dipatuhi agar anak tidak kegemukan atau bahkan obesitas.
Baca Juga : Syarat Stimulasi Optimal, Kenali Dulu Perkembangan Motorik Si Bayi
Selanjutnya protein yang juga merupakan sumber energi dan pembentukan jaringan baru.
Terdiri atas protein hewani (daging, ayam, ikan, hati, telur, susu, keju, hasil olahnya) dan nabati (kacang kedelai dan makanan olah dari kacang kedelai seperti tempe, tahu, oncom; kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang tanah).
Kecukupan protein yang dianjurkan adalah 10-15% dari total energi harian.
Selain itu juga ada lemak, selain sebagai sumber energi, lemak juga merupakan sumber asam lemak esensial pelarut vitamin A, D, E, K, serta penting untuk kecerdasan.
Namun jumlah asupan lemak jangan sampai lebih dari 25% kebutuhan energi secara keseluruhan agar tak terjadi obesitas.
Kandungan lemak pada makanan hewani lebih banyak daripada makanan nabati.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kisah Perjuangan Persalinan Winda Viska, Urin Sudah Berwarna Merah Akibat Preeklamsia
Ada pun fungsi vitamin dan mineral sebagai pemelihara dan pengatur aktivitas metabolisme dalam tubuh.
Berbagai penelitian ilmiah membuktikan, vitamin dan mineral memberi efek nyata dalam melindungi sel-sel tubuh, terutama sel-sel otak, dari berbagai penyebab kerusakan yang akan menurunkan fungsi-fungsinya.
Umumnya, vitamin dan mineral terdapat pada sayuran dan buah-buahan.(*)
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Tabloid Nakita,WHO,depkes.go.id,medicalnewstoday |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR