Namun, menurut Bonnie Ray Kennan, seorang terapis pernikahan dan keluarga, Kennan mengatakan, “Argumen umumnya berakhir dengan cara yang sama seperti yang mereka mulai.”
“Memulai percakapan yang sulit dengan lembut dan penuh hormat secara dramatis akan memungkinkan hasil yang baik,” ujarnya.
Maka dari itu, Kennan menyarankan bahwa menekan sikap keras dan mencoba melunak, terutama pria, untuk mempermudah masalah segera selesai dan tidak menjadi problema yang makin besar.
3. Mereka tidak menyebut panggilan seperti biasanya
Pasangan yang bahagia dalam hubungan jangka panjang dinilai jarang terlibat dalam perkelahian yang berlarut-larut karena ‘masalah kecil yang dibesar-besarkan’.
Contohnya, ketika pasangan tidak memanggil panggilan sayang seperti biasa, beberapa orang akan marah dan memperbesar masalah yang awalnya tengah dihadapi.
Dengan adanya kebiasaan tersebut, Kennan mengatakan, “Seiring waktu, mereka menjadi sadar akan efek dari pertengkaran semacam itu.”
4. Mereka tahu cara menenangkan diri
Ketika segala sesuatu terasa tak terkendali, para pasangan yang cerdas tahu bagaimana cara mengendalikan emosi mereka.
Mereka menghargai untuk meluangkan waktu dan memberi pengertian serta menginformasikan kepada pasangan bahwa ada waktu luang yang bisa digunakan keduanya untuk berkumpul dan bercengkerama.
“Pasangan ini tahu bagaimana mengakui dan menghormati emosi mereka tanpa diserang oleh mereka,” ujar Amy Kipp, seorang terapis pasangan dan keluarga.
“Mereka menggunakan keterampilan untuk menenangkan diri dan memastikan bahwa mereka dalam kondisi terbaik. Ketika kedua pasangan mampu menenangkan diri dan beristirahat, mereka biasanya mampu mencapai resolusi (keputusan) dengan lebih mudah.”
Source | : | Kompas.com,menshealth,Huffpost |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR