Nakita.id - Rasanya tak ada seorang pun yang membenci liburan, selain menghilangkan stres berlibur kini seolah menjadi gaya hidup masyarakat urban.
Namun, kerap kali ada saja rasa kaget, murung bahkan depresi justeru menghampiri setelah liburan usai.
Jika Moms pernah mengalaminya, bisa jadi terkena sindrom yang dinamakan post holiday blues.
Sindrom ini merupakan kondisi emosional dimana seseorang merasa stres setelah selesai menikmati liburan.
Ada dua hal yang menyebabkan kondisi ini, yaitu perasaan bahwa liburan sangat menyenangkan namun harus berakhir, atau Moms lebih ingin ada di masa liburan ketimbang kembali sibuk dengan rutinitas sehari-hari.
Melansir laman The New Daily, Dr. Melissa Weinberg seorang psikolog asal San Fransisco menyebutkan bahwa saat seseorang mengalami liburan yang menyenangkan sebenarnya merupakan ilusi yang dibuat oleh otak.
Baca Juga : Jaga Otak Selalu Sehat dan Cerdas, Upgrade Dengan 5 Makanan Ini
Seburuk apapun pengalaman liburan, otak hanya akan merekam bagian yang sangat dinikmati ketimbang pengalaman buruk.
Pasalnya, otak dirancang untuk merekam berbagai kegiatan yang dilakukan secara konsisten, seperti kebiasaan bekerja yang sehari-hari dilakukan.
Hal ini termasuk saat liburan usai, Moms akan mengalami kaget karena harus kembali bekerja setelah lama ada dalam periode istirahat.
Gejala sindrom post holiday blues sebenarnya mirip dengan depresi biasa, di antaranya sakit kepala, insomnia, gelisah, berat badan bertambah atau berkurang serta munculnya rasa tegang.
John Sharp, M.D, penulis "The Emotional Calendar: Understanding Seasonal Influences and Milestones to Become Happier, More Fulfilled, and in Control of Your Life menerangkan, hanya sedikit orang dewasa yang sepenuhnya merasa puas saat berlibur.
Menurut Sari Chait, Ph.D seorang psikolg klinik di Boston, hal ini disebabkan seseorang yang berharap terlalu tinggi akan liburan yang sempurna.
"Ekspektasinya tentu saja liburan yang bahagia, penuh tawa, bersenang-senang bersama, dan mereka bisa membeli barang apa pun yang diinginkan," ujarnya.
Baca Juga : Sombong dan Sering Pamer Harta, Nasib Miliarder ini Berakhir Miris!
Ketika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi, kesedihan atau holiday blues otomatis akan muncul.
Menurut psikolog klinik Harborside Wellbeing, Beatrice Tauber Prior, Psy.D, liburan bagi sebagian orang juga bisa menjadi pengingat akan memori lama akan anggota keluarga atau teman yang tidak lagi bersama, atau ketika seseorang tak kunjung memiliki keluarga yang didambakan.
Nicole Issa, Psy. D., co-founder Center for Dynamic and Behavioral Therapy di New York menambahkan, ketika kita baru saja menghadapi kehilangan, seperti putus cinta atau kematian, kesedihan tersebut bisa lebih parah saat liburan.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Berikut ini trik yang dibagikan oleh pakar agar tidak stres setelah liburan!
1. Melakukan hal baru
Stres setelah berlibur ternyata bisa saja disebabkan rutinitas yang juga monoton saat liburan berlangsung, misalnya saja selalu pergi ke rumah nenek dan melakukan hal yang sama.
Dengan begitu, cobalah untuk merencanakan liburan yang berbeda dari biasanya untuk mendapat pengalaman baru.
Moms bisa mencoba pergi ke pantai atau pegunungan agar lebih bisa menikmati liburan dengan menyenangkan.
Jika menginginkan liburan yang berbeda, bisa melakukan aktivitas sosial seperti misalnya menjadi sukarelawan atau terlibat dalam perayaan khas di suatu tempat.
Baca Juga : Bak Gadis 20 Tahun, Desainer Paruh Baya Asal Taiwan Beberkan Rahasianya!
"Berbagi dengan orang lain tidak hanya bisa membuat kita merasa sudah mencapai tahap tertentu, tapi juga membuat perasaan lebih baik," kata Issa
2. Menjadi pengundang
Menunggu undangan yang tak kunjung datang dari seseorang yang mengajak kita berlibur mungkin akan menyebalkan.
Itulah mengapa Prior menyarankan agar kita mengubah posisi sebagai pengundang, misalnya mengajak beberapa teman lama untuk naik gunung bersama.
Pakar neurologi menyebutkan bahwa hal ini efektif untuk dilakukan, karena membantu otak lebih piawai dalam merencanakan dan beraktivitas.
Kerja proaktif juga bisa mengurangi kecemasan dan memberikan kita kontrol. Perasaan kita akan lebih bahagia ketimbang kita terlalu pusing memikirkan undangan yang tak kunjung datang.
3. Menjauhi media sosial
Media sosial membuat citra kehidupan orang lain sering kali lebih menyenangkan daripada hidup kita.
Padahal, menurut Sharp, kita sebaiknya tak membandingkan hidup dengan orang lain di luar sana.
Baca Juga : Aktif di Media Sosial Bisa Bantu Pendidikan di Indonesia, Ini Caranya
Terus menerus memantau media sosial bisa membuat kita merasa bahwa hidup kita bukanlah yang terbaik, dan selanjutnya membuat kita terus berpikir negatif.
Penelitian juga menemukan, bahwa penggunaan media sosial dan internet membuat rasa kesepian dan depresi seseorang meningkat.
Daripada terus menerus memantau media sosial, cobalah untuk bertemu dengan teman.
"Kesejahteraan seseorang meningkat ketika mereka terhubung dengan orang lain melalui bertatap muka.
Jika tidak mau melakukan detoksifikasi media sosial secara keseluruhan, Moms juga bisa memulai dengan menjauhi ponsel ketika sedang bersama teman-teman.
4. Menetapkan target akhir tahun
Penting bagi kita untuk merawat diri dengan baik, terutama ketika stres.
Baca Juga : Bukan Hanya Macet, Ini Faktor Pemicu Mengapa Orang di Kota Besar Mudah Stres!
Tidur, pola makan sehat dan olahraga bisa menjadi cara untuk mengatasi rasa sedih yang timbul setelah liburan selesai.
Cobalah untuk menetapkan target akhir tahun, mulai dari target kebugaran, nutrisi atau kesehatan.
Hal itu akan membuat kita melewati akhir tahun dengan perasaan lebih bahagia karena mampu menyelesaikan sebuah pencapaian. (*)
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | menshealth.com |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR