Risiko Fatal Akan Terjadi Apabila Masalah Preeklamsia Tidak Ditangani dengan Cepat dan Tepat, Ini yang Harus Dilakukan
Nakita.id - Masalah kehamilan tentu saja akan rentan dialami seorang Moms saat mengandung sang buah hati.
Masalah kehamilan bisa terjadi karena berbagai faktor. Mulai dari kebiasaan yang kurang baik, penyakit bawaan, dan juga lainnya.
Salah satu masalah kehamilan yang cukup bahaya dan wajib diwaspadai adalah preeklamsia.
Baca Juga: Pil KB Memicu Hipertensi dan Preeklamsia? Cek Dulu Faktanya
Preeklamsia adalah masalah kehamilan dimana Moms mengalami tekanan darah tinggi saat sedang mengandung calon buah hati.
Nakita.id melakukan liputan khusus mewawancarai beberapa ahli terkait masalah ini.
"Preeklamsia adalah jika dijumpai adanya tekanan darah tinggi atau hipertensi pada Moms yang sedang hamil, bisanya pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu," ujar Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K), MPH dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, dalam wawancara eksklusif Nakita.id, Kamis, (07/01/2021).
"Preeklamsia adalah kehamilan yang disertai dengan hipertensi atau peningkatan tekanan darah pada kehamilan diatas 20 minggu atau setelah persalinan, dengan ditemukannya kadar protein dalam urin," tambah dr. Ratna Lestari Habibah, SpOG dari Brawijaya Hospital Antasari, Jakarta Selatan.
Preeklamsia tak hanya bisa terjadi di usia kehamilan di atas 20 minggu saja Moms.
Saat mendekati proses persalinan sang buah hati pun Moms masih berpotensi mengalami preeklamsia.
"Walaupun pada umumnya preeklamsia ini terjadi pada usia kehamilan trimester ketiga diatas 34 minggu paling sering terjadi, bahkan mendekati saat mau lahir 38-39 minggu," tambah Dr. dr. Andon dalam diskusi mendalam yang dilakukan bersama Nakita.id.
Faktor penyebab preeklamsia
Preeklamsia sendiri bisa disebabkan karena berbagai faktor mulai dari usia yang belum cukup saat menjalani kehamilan hingga usia yang berlebih.
Preeklamsia ini juga bisa mudah terjadi apabila Moms memiliki penyakit bawaan.
Nah berikut beberapa faktor penyebab preeklamsia lainnya dijelaskan oleh dr. Ratna:
- Asupan nutrisi yang buruk atau tinggi lemak selama kehamilan.
- Faktor resiko seperti kehamilan pertama kali.
- Usia Ibu saat hamil dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun.
- Hamil dengan jarak kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun.
- Memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil.
- Memiliki riwayat diabetes, hipertiroid, gangguan fungsi ginjal dan penyakit autoimun.
- Memiliki riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, obesitas atau kelebihan berat badan, hamil kembar atau menjalani program bayi tabung.
Dalam liputan khusus yang dilakukan Nakita.id ini dr. Ratna juga menjelaskan, dari penelitian yang dipercaya saat ini adanya faktor plasenta pada ibu hamil dengan preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi dengan normal.
Ini akan mengakibatkan pembuluh darah terbentuk lebih sempit dan memiliki reaksi terhadap hormon yang berbeda, sehingga menyebabkan aliran darah dapat masuk ke plasenta menjadi terbatas.
Kondisi ini juga akan melepaskan produk zat stress dan radikal bebas yang merugikan dan masuk ke sirkulasi darah Ibu.
Serta mengganggu sirkulasi metabolisme maupun merusak sel-sel darah serta organ-organ Moms seperti mata, jantung, hati, ginjal dan lain-lain dari Moms.
Baca Juga: Hari Preeklamsia Dunia :Tes Diagnosis Preeklamsia Selamatkan Ibu & Janin Dari Keracunan Kehamilan
Risiko yang ditimbulkan dari preeklamsia
Menurut Dr. dr. Adon, preeklamsia yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan terjadinya eklamsia atau kejang.
Preeklamsia itu suatu kondisi sebelum kejang, kemudian kalau kejang itu eklamsia.
Eklamsia ini bisa membuat Moms mengalami penurunan kesadaran, tidak bisa bernapas dengan baik maka oksigen ke bayi pun akan berkurang.
Sehingga jika terjadi kejang yang berulang-ulang maka akan berakhir dengan kematian janin di dalam kandungan karena kekurangan oksigen.
Baca Juga: Ini Manfaat Cokelat untuk Ibu Hamil, Dari Mencegah Preeklamsia Hingga Mengurangi Risiko Keguguran
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR