Para periset menemukan semakin sering anak-anak terlibat dalam sibling bullying, baik sebagai pengganggu, korban, atau keduanya, semakin besar kemungkinan mereka mengembangkan kelainan psikotik.
Anak-anak yang paling berisiko korban 'sibling bullying', dan yang keduanya menjadi korban dan menggertak saudara mereka (korban pengganggu).
BACA JUGA: Proses Kuret Ternyata Dilakukan Seperti Ini, Tidak Banyak yang Tahu
Sedangkan anak yang menjadi korban di rumah maupun oleh teman sekolah, empat kali lebih mungkin mengalami gangguan psikotik daripada mereka yang tidak terlibat dalam intimidasi sama sekali.
"Bullying oleh saudara kandung ini diabaikan sebagai trauma yang bisa menyebabkan masalah kesehatan mental serius seperti gangguan psikotik," ungkap penulis senior, Profesor Dieter Wolke dari Departemen Psikologi Universitas Warwick.
"Anak-anak menghabiskan banyak waktu dengan saudara mereka di rumah dan jika mereka diintimidasi atau dikecualikan, ini dapat menyebabkan menyalahkan diri sendiri dan gangguan kesehatan mental yang serius," sambungnya.
BACA JUGA: Pakai Masker Kunyit di Area Mata 10 Menit, Lihat Hasilnya Mengejutkan!
Penulis pertama, Slava Dantchev, dari University of Warwick mengatakan risiko tinggi akan lebih mungkin terjadi jika dialami di lingkungan sekolah.
"Meskipun kita mengendalikan faktor kesehatan mental dan sosialnya, tidak dapat diabaikan masalah hubungan sosial bisa menjadi tanda awal untuk mengembangkan masalah kesehatan mental yang serius," kata Dentchev.
Para peneliti ini menyimpulkan, orangtua dan profesional kesehatan harus diberi tahu tentang konsekuensi kesehatan mental jangka panjang, yang mungkin ditimbulkan oleh intimidasi saudara kandung (sibling bullying).
BACA JUGA: Mata Anak Meisya Siregar Alami Kondisi Ini Akibat Kebiasaan yang Tak Disadari
Gangguan psikotik yang dapat dialami saat usia dewasa seperti skizofrenia atau gangguan bipolar, menyebabkan pikiran dan persepsi abnormal, dan sering melibatkan halusinasi atau delusi.
Penderitanya sering mengalami kesulitan dan perubahan perilaku serta mood dan memiliki risiko bunuh diri dan masalah kesehatan yang jauh lebih tinggi.
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR