"Misalnya usia 2 tahun, kita (orangtua) tentu mengajarkan bagaimana toilet training itu sudah harusnya dilewati. Kemudian, bagaimana anak bisa menjaga dan merawat dirinya itu juga bagian dari pendidikan seksual," sebut Fabiola.
"Terus kemudian, bagaimana anak bisa menjalankan perannya sesuai dengan jenis kelaminnya. Lalu, bagaimana peran yang diharapkan. Jadi, gender rule itu juga bagian dari pendidikan seksual," lanjutnya menambahkan.
Fabiola dengan tegas menyampaikan, pemberian pendidikan seksual pada anak ini tergantung dari masing-masing orangtua itu sendiri.
Orangtua bisa menyertakannya dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam permainan.
Menurut Fabiola, pemberian pendidikan secara luas ini dilakukan agar anak tetap bisa optimal dalam tumbuh kembangnya.
Moms dan Dads harus tahu, selain pendidikan, ternyata peran pola asuh yang diterapkan juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Apalagi, kita tentu tahu bahwa anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan tidak bisa diberlakukan pola asuh yang sama.
Oleh karena itu, Fabiola menyarankan untuk mengenal terlebih dahulu karakter dari masing-masing anak dalam keluarga.
Psikolog anak ini menyebut ada tiga temperamen anak, yakni temperament easy, temperament slow to warm up, dan temperament difficult.
Dari ketiga temperamen tersebut, dua diantaranya perlu membutuhkan waktu dalam menerima segala sesuatu yang ada di sekitarnya secara bertahap.
Sehingga, tidak bisa dipaksakan dengan pola asuh yang sama.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR