Ia tidak pernah menceritakan kekecewaannya kepada ibunya atau meminta ponsel baru.
"Dia tidak pernah cerita terkait apa masalahnya, misalnya minta bilang saya dibelikan ponsel baru. Kalau mau omong pasti saya belikan," kata ibunya.
Meskipun ibunya telah membelikan ponsel baru, kondisi Arya tidak kunjung membaik selama setahun terakhir.
Ia sering melamun dan tidak mau bergaul dengan teman-temannya.
Bahkan, ibu Arya sempat dipanggil ke sekolah karena perubahan sikap Arya yang menjadi penyendiri dan tidak mau bermain meskipun diajak oleh teman-temannya.
Kasus Arya telah mengundang perhatian luas dari masyarakat dan pihak berwenang.
Banyak yang merasa prihatin dan memberikan dukungan kepada keluarga Arya.
Beberapa netizen menyarankan agar Arya mendapatkan bantuan psikologis yang lebih intensif.
Dinas Pendidikan Kota Cirebon juga menyatakan komitmennya untuk membantu proses pemulihan Arya sehingga ia bisa kembali bersekolah dan menjalani kehidupan normal.
Kasus Arya menyoroti betapa pentingnya peran keluarga dan lingkungan dalam mendukung kesehatan mental anak-anak.
Keputusan untuk menjual ponsel Arya mungkin diambil karena desakan ekonomi, namun dampaknya terhadap kondisi psikologis anak harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.
Baca Juga: Benarkah Bayi Prematur Rentan Mengalami Depresi Saat Dewasa? Begini Kata Psikolog
Penting bagi orangtua untuk selalu berkomunikasi dengan anak-anak mereka, memahami perasaan mereka, dan mencari solusi terbaik bersama tanpa merusak kepercayaan dan kesejahteraan anak.
Kisah Arya adalah cermin dari banyak anak di Indonesia yang mungkin mengalami tekanan dan masalah psikologis tanpa kita sadari.
Semoga dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, tidak ada lagi anak yang harus mengalami hal serupa.
Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat sangatlah penting dalam membantu anak-anak melewati masa-masa sulit dan mencapai potensi terbaik mereka.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR