Buruh petani
Dalam kesehariannya, Dasirin dan Tarkonah hanyalah seorang buruh tani.
Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Dasirin dan Tarkonah bekerja dari pagi hingga petang.
Tak hanya menjadi buruh, pasangan ini juga merawat kerbau milik orang lain.
Mulai dari urusan makanan, memandikan kerbau, hingga mengobati kerbau yang tengah sakit.
Dasirin terpaksa memboyong serta keluarganya untuk tinggal di tempat terpencil.
Sebab, dirinya tak memiliki tanah dan tempat tinggal.
Dasirin sudah menempati gubuk tersebut selama satu tahun, namun baru mengajak serta keluarga sejak empat bulan terakhir.
“Mau bagaimana lagi, kami tidak punya apa-apa. Untuk menyambung hidup saja harus banting tulang, naik turun bukit menjadi buruh tani dan merawat kerbau milik orang,” tutur Dasirin.
Walau begitu, Dasirin bersyukur karena memiliki anak-anak yang begitu mengerti kondisi orangtuanya.
Wiwit dan Vivi tak pernah mengeluh meski hidup dalam keterbatasan.
“Kedua anak saya tak pernah mengeluh, mereka tau kondisi keluarga. Walaupun demikian, kadang saya sangat sedih melihat kondisi mereka,” tutur Dasirin yang tak mampu lagi membendung air mata.
Hati Dasirin dan Tarkonah serasa seperti tercabik ketika mendengar permintaan anaknya.
Wiwit dan Vivi pernah mengatakan ingin menjadi anak yang pintar.
Wiwit dan Vivi ingin jadi orang sukses dan membahagiakan orangtuanya.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | WebMD,Tribun Jateng,tribun |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR