Bila Moms menjalani kehidupan dengan pasangan dan merasa minim beban, dalam arti kehidupan Moms setelah menikah dan sebelum menikah tak berubah kea rah yang lebih ‘terpaksa’, artinya Moms memilih pasangan yang tepat.
Banyak istilah mengatakan bahwa jodoh merupakan cerminan diri sendiri itu tepat.
Meski pasangan harus saling mengisi satu sama lain, akan tetapi pasangan suami-istri juga merupakan cermin yang dibelah dua.
Mereka harus memiliki visi, misi atau tujuan hidup yang sama dan selaras.
Dengan adanya pemenuhan tersebut, mungkin kehidupan akan terasa membosankan, tetapi pernikahan akan minim pertengkaran dan juga perdebatan sehingga meminimalisir perpisahan.
Baca Juga : Suami Shezy Ingin Cerai Sejak Setahun Nikah, Fenomena 'Ganjil' Usia Pernikahan Rentan Perceraian
5. Menikah dengan jodoh diisi dengan kejujuran dan dukungan
Memang dalam membina dan membentuk komitmen, satu sama lain harus saling jujur dan mendukung.
Bila pasangan tak saling dukung dan kerap berbohong, pernikahan tersebut bukan tidak mungkin akan menemui jurang perpecahan.
Setidaknya, yakin dan percaya pada pasangan dan saling menjaga kepercataan merupakan kunci menemukan belahan jiwa yang tepat.
6. Adanya mutualitas dan keakraban dengan pasangan yang sudah dinikahi
Tanda yang lain diungkapkan dari kualitas pernikahan. Banyak pernikahan yang salah satu pihak merasa dirugikan, meski dalam hal kecil.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | psychology today,intisari online,Liveabout |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR