Nakita.id – Banyak orang yakin dan percaya bahwa jodoh mereka adalah orang yang mereka pilih dan mereka nikahi.
Tetapi, apakah benar bahwa pernikahan sudah pasti akan mengantarkan dan membimbing seseorang menemukan jodohnya?
Melihat keyakinan tersebut, seperti yang terjadi di luar sana, banyak pernikahan yang tidak berakhir bahagia.
Bahkan, seberapa banyak seseorang mempertahankan pernikahannya, mereka akan bercerai jua lantaran bukan pasangan yang dinikahinyalah jodoh yang dijanjikan Maha Kuasa kepadanya.
Dari insiden tersebut, tak heran bila banyak pasangan yang mengkhawatirkan pernikahan mereka, meski ada pula yang tetap yakin dan percaya bahwa suami atau istrinya yang sudah ia pilih adalah jodoh untuknya.
Mereka juga banyak yang berusaha membina ruamh tangga sebaik-baiknya agar tidak menemui jurang perpisahan dengan pasangan, lantaran kekhawatirannya mengenai jodohnya.
Dan ternyata memang tak semua pencarian jodoh berakhir dalam satu pernikahan. Artinya, jodoh berbeda artinya dengan pernikahan.
Sehingga salah apabila banyak orang memasang persepsi bahwa orang yang kita nikahi merupakan jodoh kita.
Ini karena jodoh memiliki korelasi dengan kecocokan, sedangkan pernikahan, merupakan sebuah pilihan.
Melansir dari Intisari Online, pernikahan merupakan ikatan batin antara seorang laki-laki dan perempuan.
Tujuan pernikahan, tak lain untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Contoh sederhananya, orang yang menikah berkali-kali. Ketika pertama kali menikah, ia berpikir sudah bertemu jodohnya.
Tapi ketika dalam suatu kesempatan ia bertemu dengan yang lebih “klop”, biasanya kemudian ada perceraian. Lalu, siapakah jodohnya yang sebenarnya?
Penjelasannya begini. Seseorang yang kita anggap sebagai jodoh, belum tentu cocok untuk dilanjutkan ke tahap pernikahan.
Artinya, kita bisa saja tidak menikah dengan jodoh kita.
Namun kita menikah dengan seseorang yang mau diajak membentuk keluarga, visinya sama, dan ingin menjalani sisa kehidupan bersama.
Moms patut bersyukur, jika yang bisa berlanjut ke tahap pernikahan adalah jodohMoms.
“Tapi ingat, untuk masuk ke perkawinan, cocok dan serasi saja tidak cukup. Butuh komitmen dan penyesuaian,” kata Evelyn Suleeman, MA, sosiolog keluarga dari Universitas Indonesia.
Biar semakin jelas, Evelyn menuturkan, ada perbedaan mendasar antara pemilihan jodoh dan perkawinan.
Sepanjang hidup, kita mengenal banyak orang dan melakukan interaksi dengan mereka.
Mungkin saja ada beberapa orang yang kita anggap jodoh, karena cocok. Tapi akhirnya kita hanya memilih seseorang untuk dinikahi.
“Sebab, menikah itu pilihan,” jelas Evelyn.
Baca Juga : Riset: Tujuh Tahun Merupakan Fase Paling Rawan dalam Pernikahan, Ini Alasannya
Seperti juga halnya sepert yang ditemukan dalam penelitian The Torotonian.
Dalam penelitiannya, meneliti perceraian pasangan yang sudah menikah selama 10 tahun.
Akan tetapi, pihak laki-laki baru menyadari dan mengambil simpulan bahwa, “Dia (istrinya) tidak menghargai semua yang saya lakukan untuk membuatnya bahagia.”
Istri dari laki-laki tersebut hanya bersedia menjalankan tugas sebagai ibu dan juga istri, akan tetapi batinnya tidak bekerja seara sepenuhnya.
Laki-laki tersebut sempat berpikir sebuah solusi untuk melihat perubahan istrinya. Tetapi, solusi tersebut berhenti saat ia menyadari bahwa pernikahannya merupakan pernikahan yang tidak sehat.
Ia juga sempat berusaha untuk tidak menekan dan juga memaksa istrinya melakukan perubahan. Bahkan ia sendiri mengendalikan hasrat kesedihannya menyaksikan istrinya tak bertugas sebagaimana mestinya.
Ia merasa menikah dengan pasangan, tetapi hidupnya seolah hanya melihat drama dari sandiwara sebuah pernikahan.
Bahkan, istrinya pun menyadari kejanggalan rumah tangga itu, sehingga sang laki-laki berhenti untuk meminta istrinya berubah dengan dalih, “Kamu tidak bisa mengubah orang lain. Kamu hanya dapat mengubah dirimu sendiri,” begitu ucaonya pada dirinya sendiri.
Dan akhirnya, kedua pasangan ini memutuskan berpisah secara baik-baik, lantaran tidak adanya kecocokan setelah menjalani bahtera rumah tangga selama 10 tahun.
Bila Moms tengah berada dalam kekhawatiran mengenai jodoh dan juga pernikahan, kini saatnya Moms membaca bagaimana kesehatan pernikahan yang sudah Moms jalani dengan pasangan.
Ada beberapa karakteristik jodoh yang mungkin hadir dalam pernikahan.
Dan berikut, tanda-tanda bahwa Moms menikahi pasangan yang tepat, yang juga jodoh Moms!
Baca Juga : Dari Sule Hingga Lidya Kandou, Berbagai Fenomena Pernikahan Harmonis Tiba-tiba Cerai, Kenali Cirinya
1. Untuk dapat mengenali jodoh, Moms harus mengenali diri sendiri
Banyak yang berpendapat bahwa mengenali orang lain merupakan hal yang mudah.
Tapi banyak orang yang tak sadar bahwa untuk dapat mengenal orang lain, ia harus mengenal dirinya sendiri.
Mengenal diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Untuk dapat meneruskan kehidupan bersama pasangan, Moms atau pasangan memang harus mengetahui kekurangan di dalam diri masing-masing, dan mendukung hal tersebut.
2. Pernikahan dengan pasangan yang juga jodoh kita adalah pernikahan yang sangat kuat, hubungannya selalu berjalan positif
Hubungan pernikahan yang sehat, artinya dalam rumah tangga, minim terjadinya intimidasi, manipulasi, atau bahkan pelecehan baik secara fisik maupun secara mental.
Sudah sewajarnya bila hidup bersama jodoh selalu membuat seseorang merasa nyaman bila dekat dengannya dan mengarungi hidup bersama.
3. Selalu mengutamakan kepentingan bersama dan juga kepentingan pasangan
Dalam kehidupan, seseorang memang menginginkan memenuhi kepentingannya masing-masing, namun apabila Moms sudah menikah, persepsi tersebut sama sekali tak akan terpikirkan.
Seseorang yang selalu mengutamakan kepentingan bersama atau bahkan mengutamakan kepentingan pasangannya di atas kepentingan pribadi merupakan gambaran bahwa Moms memilih pasangan yang tepat dalam pernikahan.
4. Pasangan merupakan cerminan diri sendiri
Bila Moms menjalani kehidupan dengan pasangan dan merasa minim beban, dalam arti kehidupan Moms setelah menikah dan sebelum menikah tak berubah kea rah yang lebih ‘terpaksa’, artinya Moms memilih pasangan yang tepat.
Banyak istilah mengatakan bahwa jodoh merupakan cerminan diri sendiri itu tepat.
Meski pasangan harus saling mengisi satu sama lain, akan tetapi pasangan suami-istri juga merupakan cermin yang dibelah dua.
Mereka harus memiliki visi, misi atau tujuan hidup yang sama dan selaras.
Dengan adanya pemenuhan tersebut, mungkin kehidupan akan terasa membosankan, tetapi pernikahan akan minim pertengkaran dan juga perdebatan sehingga meminimalisir perpisahan.
Baca Juga : Suami Shezy Ingin Cerai Sejak Setahun Nikah, Fenomena 'Ganjil' Usia Pernikahan Rentan Perceraian
5. Menikah dengan jodoh diisi dengan kejujuran dan dukungan
Memang dalam membina dan membentuk komitmen, satu sama lain harus saling jujur dan mendukung.
Bila pasangan tak saling dukung dan kerap berbohong, pernikahan tersebut bukan tidak mungkin akan menemui jurang perpecahan.
Setidaknya, yakin dan percaya pada pasangan dan saling menjaga kepercataan merupakan kunci menemukan belahan jiwa yang tepat.
6. Adanya mutualitas dan keakraban dengan pasangan yang sudah dinikahi
Tanda yang lain diungkapkan dari kualitas pernikahan. Banyak pernikahan yang salah satu pihak merasa dirugikan, meski dalam hal kecil.
Kenyataannya, menikah merupakan pemenuhan ‘simbiosis mutualisme’.
Untuk dapat hidup dengan pasangan yang tepat, seseorang haruslah selalu merasa cukup dan saling menguntungkan satu sama lain.
Dengan cara itulah, pasangan menemukan pujaan hati dan jodohnya dalam pernikahan.
7. Pernikahan yang berjalan sehat, bergairah, dan harmonis
Pernikahan yang berjalan dengan sehat, tanpa adanya pertengkaran terus-menerus, juga selalu memiliki gairah dalam menjalani aktivitas apa pun merupakan kunci pernikahan yang bahagia.
Bila Moms merasakan hal tersebut dan merasa memiliki pernikahan yang harmonis, meski seringkali ada ganjalan datang, artinya Moms telah menemukan jodoh dalam pernikahan.
Karena dengan pernikahan yang sehat dan bergairah, pasangan satu sama lain akan lebih mudah menyelesaikan banyak hal dengan cara bekerja sama.
Baca Juga : Orangtua Shezy Idris Tak Tahu Kisruh Rumah Tangga Anaknya, Padahal 8 Tahun Tinggal Satu Rumah
8. Saling bahagia melihat perkembangan dan pertumbuhan satu sama lain
Karena pernikahan bahagia tumbuh darai pasangan yang saling dukung, maka pasangan yang baik merupakan pasangan yang selalu ikut bahagia melihat perkembangan pasangannya.
Contohnya, bila Moms melihat suami memiliki prestasi dan Moms bahagia, bisa jadi Moms merupakan jodoh suami Moms.
Ini karena Moms sudah berhasil mendukung dan ikut serta dalam kebahagiaan pasangan.
9. Siap menerima apa adanya pasangan dan membawa hubungan ke arah yang lebih baik
Setiap orang selalu memiliki kekurangan dan berusaha menutupinya.
Dan jodoh, merupakan orang yang akan selalu menerima kekurangan pasangan.
Selain menerima, ia yang ikut serta dalam membimbing pasangan memeroleh kebaikan dan hubungan yang lebih baik meski pasangannya memiliki kekurangan merupakan cerminan jodoh dan pilihan yang tepat.
10. Menghargai komitmen bersama pasangan
Poin ini sangat sulit untuk dikenali. Kita tak pernah tahu seberapa setia pasangan terhadap kita.
Akan tetapi, apa pun yang pasangan lakukan, apabila ia mampu menghargai komitmen yang telah dibentuk sejak awal, baik menjaga kepercayaan, saling percaya, memberi dukungan dan energi positif lainnya, ialah jodoh yang ditakdirkan Tuhan.
Dan pernikaha dengan orang-orang seperti itulah yang merupakan pernikahan yang menjadi akhir dari pencarian jodoh dan belahan jiwa.
Terlepas dari poin dan tanda-tanda tersebut, pasangan harus mempelajari kiat pernikahan mencapai sebuah puncak kesuksesan. Artinya, pasangan sama-sama menemukan pernikahan yang seimbang dan harmonis serta menemukan jodohnya.
Berikut kiat pernikahan yang bahagia!
1. Berhati-hatilah dalam mencari pasangan yang ideal
Banyak orang yang berpikir bahwa pasangannya saat ini merupakan pasangan ideal karena bersedia menerima segala kekurangan dan banyak hal.
Bahkan banyak yang ingin pasangannya memenuhi segala tuntutan dan keinginannya.
Tetapi, di dunia ini, tidak ada yang mampu memenuhi standar seseorang, terkecuali dirinya sendiri.
Sehingga perlu berhati-hati dalam memasang patokan pada pasangan. Ada baiknya bila sama-sama berjuang.
2. Jangan menggunakan konsep jodoh sebagai alasan
Jangan melulu berpikir bahwa pasangan yang kini klop merupakan jodohnya.
Hal ini justru menjauhkan seseorang dari komitmen yang telah dibentuk untuk pernikahan.
3. Romantisme merupakan taruhan
Bila Moms mengalami berbagai masa sulit dalam pernikahan termasuk rasa kurang nyaman, romantislah!
Kadang, romantisme akan jadi taruhan dalam pernikahan dan memang harus dipaksa untuk dilakukan.
Pernikahan tak melulu membutuhkan materi dan juga pemenuhan.
Perhatian menjadi satu hal yang sangat kekal untuk mempertahankan pernikahan.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | psychology today,intisari online,Liveabout |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR