Saya sering baca artikel tentang gempa, namun keanehan ini di luar batas pikiran saya.
Kira-kira Anda tiarap berlindung di halaman rumah, rumah berjalan, tiba-tiba kita sudah berada di tempat lain.
Tapi itulah adanya.
Malam ini di RS. Bhayangkara Palu, lebih 700 mayat sudah dikumpulkan, masih ada ratusan lagi tertimbun reruntuhan dan lumpur.
Kehilangan kerabat ternyata menyakitkan.
Banyak kawan saya meninggal dunia, lainnya masih belum ditemukan termasuk keponakan saya.
Hujan malam ini cukup deras disertai angin kencang.
Semoga hari ini belum kiamat, bukan hari akhir bagi kami.
Jika ini adalah takdir akhir bagi kami, izinkan saya memohon maaf sebesar-besarnya, atas segala canda atau apa saja yang tidak berkenan di hati seluruh keluarga, sahabat, rekan bisnis dan teman-teman.
Wassalam.”
Baca Juga : Jadi Korban Tsunami Palu, Anak-anak Melihat Jenazah Berserakan, Begini Dampak dan Cara Atasi Trauma!
Curahan hati seorang dokter tersebut membuat banyak hati masyarakat luas teriris.
Unggahannya kemudian viral dan dibagikan oleh banyak orang.
Tak hanya menyaksikan peristiwa alam luar biasa, Eka juga mengurus jenazah dan korban yang di rumah sakit yang belum ditemui oleh keluarganya.
Bau busuk jenazah seolah sudah mengganggu pasien lainnya yang membutuhkan perawatan.
Ini dikarenakan jenazah hanya dibiarkan tergeletak di depan rumah sakit, tepatnya di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD).
“Saat ini saya ada di depan IGD Rumah Sakit Umum Undata. Jadi yang masalah ini, mayat-mayat yang bergelimpangan di sini. Ini sudah sejak 3 hari ada di sini,” ujar Eka.
Jenazah-jenazah tersebut masih banyak yang belum dibawa keluarganya untuk dimakamkan di pemakaman umum.
Banyak jenazah yang sudah tak bisa dikenali karena sudah berhari-hari dan bengkak sehingga identitasnya menjadi kendala bagi relawan juga keluarga yang mencarinya.
Bahkan, jenazah-jenazah sudah mengeluarkan bau busuk yang dikhawatirkan membawa wabah penyakit bagi pasien di rumah sakit.
Berbagai kesaksian dari Eka tersebut seolah merangkum bagaimana kondisi terkini di Palu, selain proses evakuasi yang terus berjalan.
Meski bertugas menjadi petugas medis, Eka tetaplah manusia biasa yang tetap memiliki empati juga rasa iba melihat kondisi para korban.
Ditambah lagi, banyak jenazah yang kemungkinan masih akan datang dan silih berganti mengisi rumah sakit akan menjadi tantangannya.
Source | : | Kompas.com,Kompas TV,tribun makassar |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR