“Kemarin saat menghimpun data ante mortem korban, saya tidak kuasa menahan tangis.
Baca Juga : Gempa Tsunami Donggala Palu: Permukaan Tanah Naik Setinggi Rumah
Seorang Bapak melaporkan anaknya hilang. Dia curhat. Ketika itu antarkan anaknya mengaji,” cerita Eka.
Ia mengatakan bahwa seorang bapak tersebut mengatakan bahwa jarak anaknya mengaji dan dirinya hanya dipisahkan jembatan.
Baru saja bapak tersebut sampai di rumah, ia mendengar dentuman keras dan kaget. Saat melihat ke belakang, “hanya ada hamparan tanah kosong berlumpur. Ke mana perginya rumah-rumah satu perkampungan?”
“Hanya dalam hitungan detik,” tambahnya menceritakan curahan hati bapak yang kehilangan anaknya tadi.
Tak hanya sampai di situ, Eka juga menceritakan pengalamannya merasakan gempa di Palu dan gempa-gempa lainnya.
“Sering saya rasakan gempa, tapi kali ini berbeda,” ujarnya.
Gempa yang menghilangkan Kelurahan Petobo ini menggeser tanah sejauh ratusan meter. Tak heran bila banyak rumah yang tenggelam dan ambles seolah ditelan oleh bumi.
Bahkan, muncul gundukan besar setelah perkampungan tersebut hilang, “setinggi rumah tiba-tiba muncul dan terjadi begitu saja”.
“Banyak rumah BTN Petobo hancur, berpindah posisi dan tertelan tanah.
Mohon maaf saya menulis, bukan berkeluh kesah, tapi jiwa menulis saya memaksa untuk itu. Setidaknya jika terjadi gempa susulan dan waktu saya telah tiba, biarlah ini jadi update terakhir dari saya.
Source | : | Kompas.com,Kompas TV,tribun makassar |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR