Bahkan adanya fenomena likuifaksi yang ‘menelan’ permukiman penduduk memungkinkan masih banyak korban yang terjebak di dalamnya.
Hal ini juga secara langsung disaksikan oleh salah satu relawan yang ditugaskan ke Palu, dr. Drg. Eka Erwansyah.
Dosen Fakultas Kedokteran Unhas Makassar yang dikirim untuk bertugas ke Palu.
Ia merasa bahwa gempa di Palu ini beda, terjadi bencana yang tak hanya gempa saja.
‘Bencana sangat luar biasa’, begitu ia menyebutnya.
Kesaksiannya menjadi bukti bahwa beredarnya video viral memperlihatkan permukiman rata dengan tanah bahkan kampung yang diduga menghilang ditelan gempa bumi di Kelurahan Balaroa dan Kelurahan Petobo, Palu memang benar terjadi adanya.
Eka mengatakan bahwa bencana yang memakan banytak korban jiwa ini dikarenakan tiga fenomena, yaitu gempa, tsunami dan juga keluarnya lumpur dari permukiman.
“Ada perkampungan yang hilang akibat lumpur menyembur dari dalam bumi dan dalam sekejap menenggelamkan 1 perkampungan. Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup-hidup.
Ada juga sekitar 200 siswa SMA sedang kemah juga terkubur dalam lumpur yang tiba-tiba menyembur dan menimbun mereka.
Kebetulan Saya dan Teman-teman yang tergabung dalam Tim DVI Unhas sudah berada di lokasi sejak kemarin pagi.
Kampung yang hilang itu Kampung Petobo, daerah Sigi, Palu,” ujar Eka seperti yang dilansir dalam Tribun Makassar.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Kompas.com,Kompas TV,tribun makassar |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR