Nakita.id - Keguguran menjadi salah satu masalah kehamilan yang kerap ditakuti oleh perempuan.
Setidaknya 1 dari 5 kehamilan berakhir dengan keguguran. Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai faktor usia, kesehatan, hingga kecelakaan.
Saat mengalami keguguran seorang perempuan harus menjalani proses kuretase atau kuret.
Kuret sendiri dalam bahasa medis dikenal dengan nama D&C (dilation and curettage).
Dilansir dari Mayo Clinic, kuret merupakan tindakan bedah pengerukan dinding rahim dengan tujuan membersihkan rahim dari sisa janin, mengatasi plasenta yang melekat pada rahim, hamil anggur, dan perdarahan setelah lewat menopause.
Meskipun terdengar menyeramkan tetapi dalam beberapa kasus kuret sangat penting dilakukan demi kesehatan organ reproduksi wanita.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terkini: Permen Bisa Membunuh Anak, Perhatikan Jumlah dan Komposisinya
Sebab jika sisa-sisa janin atau penyakit dibiarkan di dalam rahim dapat memunculkan gangguan kesehatan lainnya, seperti pendarahan, sakit perut hebat, bahkan kanker.
Saat melakukan kuret dokter akan menggunakan obat perangsang atau alat kecil untuk membuka rahim.
Hal ini dilakukan karena leher rahim para peremempuan tidak bisa terbuka sendiri setelah mengalami keguguran.
Pada saat keguguran, tubuh perempuan tidak merangsang pelebaran leher rahim sehingga perlu dilakukan dilatasi untuk membuka leher rahim.
Berbeda pada saat melahirkan, tubuh perempuan secara otomatis merangsang pelebaran leher rahim dan juga dengan bantuan dari dorongan kepala bayi.
Lantas bagaimanakah prosesnya?
Baca Juga : Potret Rumah Rp 19.3 M Milik Meghan Markle Sebelum Menikah, Tak Kalah Mewah Dengan Istana!
Sebelum proses
Dokter biasanya akan membatasi makanan dan minuman pasien sebelum melakukan proses kuret.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin memulai proses pelebaran serviks beberapa jam atau bahkan sehari sebelum prosedur.
Hal ini akan membantu rahim terbuka secara bertahap dan dilakukan saat rahim perlu dilatasi lebih dari pada kuret standar, seperti saat penghentian kehamilan atau dengan jenis histeroskopi tertentu.
Baca Juga : Bukan Bentuk Perut Tapi Perubahan Ini Bisa Ungkap Jenis Kelamin Janin Tanpa USG
Setelah itu, dokter menggunakan obat yang disebut misoprostol (Cytotec), diberikan secara oral atau vaginal untuk melembutkan leher rahim atau memasukkan batang ramping yang terbuat dari laminaria ke dalam rahim.
Laminaria secara bertahap mengembang dengan menyerap cairan di rahim sehingga rahim terbuka.
Untuk dilatasi dan kuretase, pasien akan menerima anestesi terlebih dahulu.
Pilihan anestesi tergantung pada alasan kuret dan riwayat kesehatannya.
Bentuk anestesi lainnya memberikan sedasi ringan atau menggunakan suntikan untuk mematikan hanya area kecil (anestesi lokal), atau daerah yang lebih luas (anestesi regional) pada tubuh.
Baca Juga : Zaskia Adya Mecca Tetap Tidur Enak Meski Punya Balita, Ini Rahasianya
Selama proses
Saat proses kuret tiba, pasien akan berbaring telentang di atas meja operasi sementara tumit berada di tempat yang disebut sanggurdi.
Baca Juga : Belajar Dari Pengalaman Mona Ratuliu, Kenali Penyakit Pitiriasis Alba
Dokter akan memasukkan alat yang disebut spekulum ke dalam vagina, seperti saat tes Pap Smear untuk melihat serviks.
Lalu dokter memasukkan serangkaian batang yang lebih tebal dan tebal ke dalam serviks untuk perlahan melebarkannya sampai cukup terbuka.
Setelah proses
Setelah melakukan proses kuret, pasien tinggal beberapa jam di ruang rawat agar dokter dapat memantai jika terjadi perarahan atau ada komplikasi lain pascakuret.
Beberapa jam itu juga digunakan untuk memulihkan fisik akibat efek anastesi.
Jika pasien mendapati general anastesi, mungkin akan merasakan mual atau muntah. Bisa pula mengalami sakit tenggorokan.
Efek samping kuret yang normal akan terasa beberapa hari kemudian seperti kram ringan dan flek.
Untuk mengatasi efek samping itu, dokter mungkin akan memberikan beberapa obat tertentu.
Baca Juga : Usia Kandungan Ardina Rasti Memasuki Trimester Tiga, Waspadai Keluhan Ini
Penting untuk diingat, setelah melakukan kuret sebaiknya Moms tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu.
Hal ini untuk menghindari masuknya kuman atau penyebaran penyakit lainnya sebelum lapisan baru rahim terbentuk.
dr. Benny Johan Marpaung, Sp.OG mengatakan sebaiknya seorang perempuan menunggu setidaknya 3 bulan untuk kembali berhubungan intim dan hamil setelah melakukan kuret.
"Ibu yang ingin hamil lagi pascakuret yang disebabkan keguguran, sebaiknya jangan kurang dari 3 bulan karena kalau kurang dari 3 bulan risiko untuk keguguran lagi meningkat 60% itu ada penelitiannya", ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa perempuan akan hamil saat rahimnya sudah siap untuk dibuahi.
Baca Juga : Atasi Payudara Bengkak, Andien Mengaku Hanya Butuh 'Obat' Kecil Ini
Untuk lebih jelasnya, ia menyarankan perempuan untuk melakukan konsultasi dengan dokter.
"Hamil langsung maupun ada penundaan silahkan tetapi ingat dikaji dulu apa penyebab keguguran sebelumnya, misalkan ada penyakit infeksi, trauma atau gangguan tekanan darah supaya hamil berikutnya akan lebih berhasil", tutupnya.(*)
Source | : | Mayo Clinic |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR