Menurunkan Berat Badan pada Usia Senja Bukan Sekadar Mimpi! Moms Bisa Pilih Salah Satu Metode Ini dan Lihat Sendiri Hasilnya
Nakita.id - Bagi Moms yang ingin menurunkan berat badan pada usia senja ternyata itu tidak mustahil.
Seperti diketahui, banyak perempuan yang ingin memiliki tubuh sehat dan bugar pada usia senjanya.
Sehingga menurunkan berat badan dan pola hidup sehat tentunya sudah masuk ke dalam rencana harian Moms.
Ada pun, pilihan diet yang dianjurkan untuk wanita dengan usia lanjut tentunya harus yang dapat diikuti dengan mudah.
Baca Juga: Bukan Diet Mati-matian, Coba Terapkan 6 Cara Makan Sayuran yang Ampuh untuk Menurunkan Berat Badan
Lalu, diet tersebut juga harus dapat disesuaikan kebutuhan nutrisi, tidak terlalu membatasi, dan memiliki gizi yang seimbang.
Nah, berikut ini terdapat beberapa jenis diet yang dipercaya cocok dengan para perempuan di atas 50 tahun.
1. Diet mediterania
Diet mediterania secara konsisten dinilai sebagai salah satu pola makan tersehat bagi hampir semua orang, termasuk wanita di atas 50 tahun.
Berdasarkan pola makan masyarakat di Yunani dan Italia Selatan pada tahun 1960-an, pola makan ini dicirikan dengan kandungan lemak jenuhnya yang rendah.
Biasanya terdiri dari sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, dan biji-bijian.
Yang paling menonjol dari diet ini adalah minyak zaitun sebagai sumber utama lemak tambahan.
Meskipun pola makan mediterania didominasi oleh nabati, di dalamnya juga mencakup sejumlah kecil ikan, produk susu, unggas, dan daging merah.
Baca Juga: Beda Dari yang Lain! Diet Ini Menganjurkan Banyak Makan Lemak Tapi Malah Pangkas Bobot Tubuh Jauh Lebih Cepat
Penelitian selama puluhan tahun menunjukkan, diet ini dapat mengurangi risiko berbagai penyakit kronis terkait usia.
Sebutlah penyakit jantung, diabetes, kanker, dan penurunan kesehatan mental. Satu penelitian juga mengaitkan diet mediterania dengan penurunan risiko obesitas sebesar 30 persen pada wanita perimenopause dan pascamenopause.
Diet mediterania mengungguli banyak diet populer lainnya, karena tidak ada kelompok makanan atau minuman yang dilarang.
Bahkan, mengonsumsi anggur merah secukupnya tetap diperbolehkan.
Baca Juga: Takut Diet Saat Menyusui Malah Menghambat Produksi ASI? Yuk Simak Tipsnya
2. Diet DASH
Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), penyakit jantung adalah salah satu penyebab utama kematian wanita di atas 50 tahun.
Terlebih lagi, tingkat tekanan darah tinggi (hipertensi) yang menjadi faktor risiko utama penyakit jantung akan meningkat secara signifikan setelah menopause.
Pendekatan dengan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) adalah asupan kandungan natrium yang rendah.
Diet ini hanya berfokus pada makanan yang kaya kalsium, kalium, serta magnesium untuk menurunkan tekanan darah.
Batasan natrium juga bervariasi tergantung pada kebutuhan pribadi.
Sementara beberapa orang membatasi asupan natrium mereka tidak lebih dari 2.300 mg per hari, yang lain hanya 1.500 mg.
Kedua angka tersebut juga sejalan dengan rekomendasi natrium dari American Heart Association.
Diet ini terdiri dari sayuran, buah, produk susu rendah lemak yang diikuti dengan biji-bijian, polong-polongan, kacang-kacangan, ikan, dan unggas dalam jumlah sedang.
Daging merah dan makanan manis biasanya tidak dianjurkan, tetapi kadang-kadang diperbolehkan, kecuali daging yang diproses atau diawetkan. Diet ini juga membatasi makanan asin.
Baca Juga: Turun Berat Badan Semudah Menjentikkan Jari, Cukup dengan Konsumsi 4 Minuman Enak Ini, Yuk Coba!
Sebaliknya, diet ini menyarankan makanan olahan yang padat nutrisi dan makanan utuh sebagai manfaat tambahan untuk mengurangi kolesterol, maupun meningkatkan kontrol gula darah.
3. Diet flexitarian
Diet flexitarian adalah program semi-vegetarian yang didominasi oleh nabati, tetapi terkadang mencakup daging, telur, produk susu, dan ikan. Pola makan ini sangat populer di kalangan wanita yang mengurangi asupan dagingnya karena alasan kesehatan, kesejahteraan hewan, atau lingkungan.
Diet flexitarian adalah pilihan tepat bagi siapa saja yang tertarik untuk meningkatkan asupan serat dan protein nabati, yang juga mengakui nilai gizi produk hewani dan ingin memakannya sesuai kebutuhan.
Baca Juga: Idaman Sejuta Umat, Ini Dia Cara Menurunkan Berat Badan Tanpa Olahraga dan Diet Menyiksa, Yuk Coba!
Pelaku vegetarian dan vegan yang ketat justru memiliki risiko lebih besar untuk kekurangan asupan nutrisi, seperti zat besi dan lemak omega-3 yang penting untuk kesehatan wanita.
Demikian kesimpulan yang terungkap dari penelitian The Australian Longitudinal Study on Women’s Health.
Dibandingkan dengan diet ketat, diet flexitarian menyediakan lebih banyak zat besi dan omega-3 dari daging merah dan ikan.
Diet ini juga cenderung lebih tinggi kalsium, yang penting untuk menjaga kesehatan tulang pada wanita pascamenopause.
Penelitian awal menunjukkan, pola makan ini menawarkan manfaat tambahan untuk menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan jantung, dan pencegahan diabetes.
4. Diet MIND
Usia dan jenis kelamin merupakan faktor risiko utama demensia, yang prevalensinya secara signifikan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Faktanya, sekitar dua pertiga orang dengan penyakit alzheimer adalah wanita.
Diet MIND (The Mediterranean-DASH Intervention for Neurodegenerative Delay) dikembangkan untuk mengurangi risiko penyakit alzheimer dan jenis penurunan mental terkait usia lainnya.
Baca Juga: Pantas Diet Mati-matian Masih Bisa Gagal Langsing, 5 Hal Sepele Ini Bisa Jadi Biang Kerok Berat Badan Tetap Meroket
Sesuai dengan namanya, diet ini menggabungkan elemen diet mediterania dan DASH yang telah terbukti mendukung kesehatan otak.
Diet ini menekankan makanan, seperti biji-bijian, beri, sayuran hijau, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan ikan berlemak.
Lalu, makanan yang digoreng, daging merah, mentega, keju, dan permen tidak dianjurkan.
Berbagai penelitian telah menemukan bahwa diet MIND mengurangi risiko demensia.
Orang-orang yang mengikuti diet ini dengan cermat memiliki penurunan risiko terbesar, bahkan mereka yang hanya mengikuti diet ini secukupnya dapat meningkatkan kesehatan mental.
5. Makan secara intuitif
Jika telah mencoba banyak jenis diet dan tidak ada yang cocok, lebih baik bersiap meninggalkan siklus diet untuk selamanya.
Diet yang terlalu ketat dapat menyebabkan berbagai efek samping, termasuk tulang keropos, kenaikan berat badan, pola makan yang tidak teratur, dan penurunan kualitas hidup.
Baca Juga: Kenapa Harus Diet Nyiksa Kalau Bisa Dibuat Santai Saja, Turun Berat Badan Bisa Langsung Didapat dengan Tetap Konsumsi Makanan Lezat Ini
Makan secara intuitif adalah program anti-diet yang dirancang untuk mereformasi mentalitas diet dan membangun hubungan positif antara tubuh dengan makanan yang dikonsumsi.
Pola makan ini dibuat oleh ahli diet yang mengklaim bahwa diet ketat menyebabkan kerusakan fisik dan psikologis.
Makan secara intuitif terdiri dari 10 prinsip dasar berdasarkan konsep berdamai dengan makanan, menjaga kesehatan, dan mengatasi emosi tanpa menggunakan makanan.
Tidak ada makanan yang dilarang dan tidak ada aturan ukuran porsi atau waktu makan dalam pola makan intuitif.
Tujuannya adalah membantu orang-orang mempelajari kembali cara mendengarkan isyarat rasa lapar dan kenyang alami tubuh.
Sehingga tidak lagi bergantung pada diet tertentu untuk menyehatkan diri sendiri secara mental dan fisik.
Baca Juga: Mimpi Punya Tubuh Langsing Tapi Malas Olahraga? Tenang Saja, Cuma dengan Lakukan 5 Trik Mudah Ini Berat Badan Bisa Turun secara Alami
Sebuah studi baru-baru ini mengaitkan pola makan intuitif dengan peningkatan kesehatan psikologis dan penurunan risiko gangguan makan.
Penelitian tambahan juga menunjukkan, orang-orang yang mengikuti pola makan ini cenderung dapat mempertahankan berat badan yang sehat.
Meskipun, perlu dicatat penurunan berat badan bukanlah tujuan utamanya.
Artikel ini telah tayang di GridHITS.id dengan judul Ingin Menurunkan Berat Badan Tapi Usia Sudah di atas 50 Tahun? Coba Berbagai Diet Ini dan Lihat Hasilnya
Source | : | GridHits.ID |
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR